Image from Google |
POTRET ANAK JALANAN
Masihkah ada yang peduli, kepada nasib pemuda masa kini, membanting tulang hanya untuk sesuap nasi, diantara kepungan polusi.
Bergulat dengan matahari, berteman dengan polusi, bergerak tanpa henti, walau terkadang perut tanpa isi.
Walau hari-hari mereka tak seindah pelangi, tapi mereka tak pernah bersedih hati, walau kantong tak setebal pejabat korupsi, tapi mereka tetap berbangga diri.
Terkadang timbul didalam hati, kenapa hidup sekejam ini, kenapa hidup tak pernah memihak kepada kami, dan kenapa nasib kami tak pernah dipeduli.
Inilah nyanyian kami anak jalanan, yang ditinggal oleh jaman, hanya bermodal belas kasihan, karena hidup tak pernah nyaman
Berjuang ditengah kota metropolitan, hanya untuk masa depan, agar tidak ditelan oleh jaman, walau hapan kini tinggal kenangan.
Bergulat dengan matahari, berteman dengan polusi, bergerak tanpa henti, walau terkadang perut tanpa isi.
Walau hari-hari mereka tak seindah pelangi, tapi mereka tak pernah bersedih hati, walau kantong tak setebal pejabat korupsi, tapi mereka tetap berbangga diri.
Terkadang timbul didalam hati, kenapa hidup sekejam ini, kenapa hidup tak pernah memihak kepada kami, dan kenapa nasib kami tak pernah dipeduli.
Inilah nyanyian kami anak jalanan, yang ditinggal oleh jaman, hanya bermodal belas kasihan, karena hidup tak pernah nyaman
Berjuang ditengah kota metropolitan, hanya untuk masa depan, agar tidak ditelan oleh jaman, walau hapan kini tinggal kenangan.