Untukmu yang sering ku sapa Nur,
Adalah nama yang membuat perahu rinduku menggelora, bagai ombak ditengah lautan, bergemuruh, berlomba keujung pantai tempatmu berdiam.
Nur.
Perempuan yang menghidupkan cinta, dari ruang yang dulu hampa, tentang sayang yang tak pernah ada.
Nur.
Namamu kini seakan abadi, diantara hembusan napas yang ku hela, menghidupkan harap akan hidup hanya denganmu.
Hari ini, izinkan aku menikmati senyummu, menatap bola matamu, membelai rambutmu, lalu kubawa kau berayun di pinggir telaga biru, tuk menyapu segala rindu.
Nur.
Pemilik senyum manis bak purnama sempurna, berwajah ayu, bermata indah bak permata di ujung senja, hidung anggun melengkung bak pelangi dibalik bukit.
Kau cahaya purnama yang berlayar dalam gelap, telah kutitip sejuta bait cinta dan rindu pada awan, sebagai istana yang dapat kau singgahi, agar kau paham sebuah cinta yang hakiki, dari rindu dan ketulusanku ini.
Nur.
Izinkan aku mabuk malam ini, Mabuk dengan arak cintamu, cinta yang memenjarakan hatiku, cinta yang membangkitkan rinduku.
Nur.
Telah kutulis sejuta puisi tentangmu, tentang cantikmu, tentang senyummu yang manis, tentang tatapmu yang anggun, tuk menghalau rindu yang membunuh malam-malamku, namum tak satupun puisi yang mampu menghalau sepi tanpamu.
Hari ini, rindu kulampiaskan pada rembulan, tentang cahaya yang berlayar di balik awan, karena di balik bintang terdapat senyum yang memantulkan cahaya bulan.
Nur.
Hari ini hujan turun, mengguyur rindu yang semakin membara, menghantar sepi ke ujung penantian, karena di teras ini aku masih setia menunggu jawabmu, jawab untuk hidup berdua denganku.
Nur !!! Aku hanya ingin kau paham perihal rindu yang mengangguku, rindu yang tak pernah padam.
Nur.
Kau harus tau, perihal ketulusan hatiku, ketulusan cintaku, bahwa aku mengagumimu lewat cahaya bulan.