Malam kian getas,
Dinginnya menusuk hingga ketulang,
Namun air mata tak juga surut,
Tentang luka setahun yang lalu.
Rindu kini telah menggali luka lama,
Luka yang sempat ku sembunyikan,
Lewat getirnya senyum yang kupaksa,
Karena cinta tak menuai asa.
Ini memang luka yang mengerikan,
Luka menganga tak mudah beranjak pergi,
Cinta kini terlanjur mati,
Meninggalkan luka yang susah kuobati.
Inikan yang ingin kau pahami ?,
Tentang hatiku yang menjadi mati,
Lewat tanyamu yang menyakiti,
Karena mengulik luka lama.
Sudahlah.
Usah kau bertanya lagi.
Siapa yang membidik hati ?,
Mengapa dan kenapa hatiku mati ?.
Sudah banyak orang mencoba mengobati,
Menyapu luka yang hinggap di dalam hati,
Tapi,
Hati ini sudah terlanjur mati.
Ini luka Tuan,
Luka yang ditinggal pergi,
Luka yang bentuknya menganga,
Luka yang membuatku menderita.
Usahlah kau bertanya lagi,
Karena tanyamu telah mencabik luka lama,
Luka yang sempat ku sembunyi,
Meski rasanya tak mampu ku bohongi.
Hey Tuan.
Kini rindu telah termenung di ujung senja,
Menanti pelangi datang menghampiri,
Merubah luka menjadi bahagia,
Hadirkan tawa yang dulu sempat pergi,
Dari cinta yang kini dibawa pergi,
Oleh mereka yang tak paham kasih.