(Sutramanis)
Ketika cinta yang kuharap akan berujung dijanji suci, seketika sirna ditelan ironi.
Aku menyesal telah menumbuhkan harap, untuk hidup bersamamu di rumah yang penuh cinta.
Aku menyesal karna pernah memimpikan cinta seperti Habibi dan Ainun, kau brengsek sayang, brengsek sekali, kau pernah berkata "puan, hiduplah bersamaku, jika kelak waktu telah berada ditengah tengah kita maka aku akan segera meminangmu".
Oh, tuan sungguh brengsek kau, kata kata sakral itu kau jadikan mainan?
Ketika kepergianmu menuntut ilmu kutunggu dengan setia, nyatanya kau kembali dengan undangan resmi, yang menikam sukma dan rasaku.
Kuharap, hanya kau yang menjadi lelaki brengsek itu, sifat brengsekmu jangan kau manifestasikan kepada DIA.