(Andika Putra)
Disaat aku belajar kritis menghilangkan sifat emosionalis mengkritik dengan rasionalis agar hidup tenang dan harmonis.
Tumbuhkan semangat dengan intelektualis membedah masalah dengan logis menangkap perampok berwatak bengis agar hidup tak jadi pengemis.
Bebaskan Aku dari tipu gerombolan misionaris yang hilang rasa malu dan moralis, tampil di TV layaknya selebritis berpidato dan berceramah layaknya manusia islamis.
Aku memang bukan kaum agamis, atau kumpulan para akademis, atau golongan para intelektualis, aku rakyat biasa yang belajar kritis, yang sering lapar haus namun tak ingin mengemis.
Aku mohon jangan lagi membuat demokrasi menangis, lantaran merubahnya jadi melankolis, waktunya derita diberantas habis, agar kemiskinan semakin menipis.
Di ujung sana perampok rakyat melirik dengan sinis, tersenyum dengan wajah bengis, Aku menangis tak pernah digubris walau teriris harus tetap optimis, berharap tak lagi ada sok pancasilais dan nasionalis.
Aku bukan manusia yang hedonis, karenanya aku tak pernah mengemis, akupun bukan manusia sekularis, karenanya tak ingin di pecah karena isu agamis.
Aku sudah bosan suasana dramatis, visi misi sekedar simbolis tanpa realisasi yang manis, jangan buat tangis demokrasi semakin kronis, jangan memintaku menjadi anarkis, sebab hidupku cukup humanis, hapuskan saja kemiskinan hingga habis, agar kulukis sejarah hidup yang lebih manis.