Kegalauan kerap melanda mahasiswa sold out. Jika skripsi adalah pekerjaan yang tidak mudah dilewati setiap mahasiswa, maka tantangan yang sebenarnya muncul setelah mahasiswa tersebut berhasil menyandang gelar sarjana.
Setelah berhasil melewati tahap yang panjang untuk mendapatkan gelar sarjana. Kini saatnya memasuki babak baru yang lebih sulit. Pasalnya, banyak mahasiswa sold out yang berhasil menyandang dua gelar sekaligus. Pertama, gelar sarjana dan yang kedua, gelar pengangguran.
Tidak heran jika kita (hah,kita?) sering mendengar orang mengatakan “pengangguran terdidik” karenanya, tugas maha berat mahasiswa setelah sold out adalah menepis gelar yang terakhir (pengangguran).
Tidak dapat dipungkiri bahwa gelar sarjana masih menjadi prestige dikalangan masyarakat. Sebagian masyarakat awam bahkan menganggap sarjana sebagai manusia multi talented (Wow...) tetapi, apa kabar yang masih menganggur?
Bagi Fresh graduate yang memiliki banyak modal akan memilih menjadi pengusaha dan anak pejabat akan menjadi pegawai dikantor ayahnya. Secara bersamaan mereka akan menuai pujian.
Sementara yang bukan berasal dari keduanya akan menyandang dua gelar sekaligus (sarjana dan pengangguran). Jika yang berhasil menjadi pegawai atau pengusaha akan menuai pujian. Lain halnya dengan yang masih menganggur akan menuai ocehan. (Ow... Sedih).
jika mahasiswa abadi sibuk hunting foto di gunung, lain halnya dengan mahasiswa sold out yang sibuk hunting di internet. Berburu lapangan pekerjaan yang ditawarkan lewat internet.
Fenomena ini memang sangat berseberangan dengan doktrin kampus bahwa sarjana sebaiknya menciptakan lapangan pekerjaan bukan pencari lapangan pekerjaan. Jika sudah begini, apakah mahasiswa tersebut memang layak mendapat gelar sarjana dengan kualifikasi keilmuannya menciptakan lapangan pekerjaan? Hem, jadi bingung.
Apakah kampus telah berhasil membekali mahasiswanya dengan ilmu yang cukup untuk mencetak sarjana yang bisa menciptakan lapangan pekerjaan sesuai dengan keilmuannya?
Seperti contoh. Apakah sarjana hukum semuanya berhasil menjadi lawyer? Apakah sarjana akuntansi semuanya berhasil menjadi akuntan? Faktanya tidak seperti itu Nona-nona.
Gelar sarjana tidak akan cukup mampu membawa seseorang mendapatkan lapangan pekerjaan sesuai yang kita harapkan. Di daerah sana, bahkan ada sarjana olahraga yang berhasil bekerja di bank. Hem, gimana caranya yah.
Bahkan beberapa sarjana sastra gagal menjadi sastrawan dan sarjana akuntansi yang gagal menjadi akuntan.
Untuk mendapatkan pekerjaan, bahkan beberapa perusahaan lebih memprioritaskan pengalaman yang beragam untuk menjadi bagian dari perusahaan mereka.
Pengalaman bahkan lebih dan sangat dihargai di dunia kerja ketimbang gelar yang didapatkan. Itulah alasan megapa sarjana olahraga bisa bekerja di bank dibandingkan seorang sarjana akuntansi atau perbankan.
Akhir kata, tidak semua di dunia ini bisa dimaknai lembar ijazah. Beberapa diantaranya lebih berharga pengalaman, uang dan keluarga pejabat. Hahaha bercanda yah. Jadi, setiap fresh graduate tidak perlu merasa kecil hati lantaran susah mendapat pekerjaan yang sesuai dengan gelar yang kita dapatkan. Perkaya pengalaman, dengan begitu kelak akan mendapatkan pekerjaan yang menyenangkan.