Bupati Konawe Utara Ruksamin mengungkapkan berdasarkan data yang dihimpun dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDB) Sultra, sebanyak 1420 kepala keluarga 15.111 jiwa mengungsi karena banjir. Selain itu, sebanyak 185 unit rumah rusak (hanyut) dan 1.235 unit rumah terendam.
Tidak hanya itu kata Rukasmin lima bangunan tempat ibadah, (masjid) juga tak luput dari luapan sungai besar di Konut itu "Sekolah juga ikut terendam. SD ada Lima dan SMP ada Tiga yang terendam banjir". bebernya, selasa (11/6).
Ia pun menghimbau jajarannya bersama TNI dan Polri bersinergi untuk melaksanakan pertolongan dan evakuasi terhadap warga yang terjebak ditengah kepungan banjir “ masih ada masyarakat yang bertahan dirumahnya. Kami akan evakuasi segera”pungkasnya (ags).
Banjir kali ini juga merendam 5.360 hektar areal persawahan milik masyarakat. Menurut kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDB) Kabupaten Konawe, Ameruddin menjelaskan berdasarkan data laporan yang masuk diposko utama areal persawahan terparah yang diterjang banjir berada di tiga Kecamatan yakni Kecamatan Wonggeduku, wonggeduku barat, dan kecamatan Pondidaha. (zona sultra.com).
“Total kerugian yang dialami akibat kerusakan ini sekitar Rp.171,5 Miliar. Kebanyakan yang diterjang banjir ini adalah sawah, yang sudah siap panen, kata Ameruddin kepada awak zona sultra.com.Kamis (13/62019).
Tak Sekedar Ujian
Belum kering duka yang dialami saudara kita di Palu dan Lombok, dan saat ini musibah itu menimpa saudara kita lagi yang ada di Konawe. Bencana datang silih berganti seakan bumi ini muak akan kerusakan yang diperbuat oleh manusia.Seyogianya, bencana yang datang silir berganti, bukan hanya merupakan sebuah ujian bagi negeri ini, tetapi bisa sebagai sebuah ujian bagi masyarakat negeri ini.
Namun sayang bencana yang datang silih berganti hanya memberikan kesedihan semata, tidak mampu menjadikan manusia merenung mengapa bencana alam datang silih berganti menimpa negeri ini?
Sungguh semua yang menimpa manusia baik kemudharatan dan kesempitan tidak lain hal itu karena kemaksiatan yang mereka lakukan juga karena kelalaian mereka dari melaksanakan perintah Allah. Serta disebabkan mereka melupakan syariat-syariat Allah.
Indonesia merupakan negeri dengan mayoritas penduduknya beragama Islam. Namun, keberadaan penduduknya yang mayoritas muslim tidak mampu menjadikan Islam sebagai aturan yang diterapkan untuk mengatur kehidupan manusia. Seperti halnya saat ini aturan yang diterapkan adalah kapitalisme dengan asanya pemisahan agama dari kehidupan. Agama hanya diberi ruang dalam masalah ibadah saja, sementara dalam kehidupan agama tidak boleh mengatur. Alhasil, kaum muslimin begitu terjauhkan dari aturan Allah.
Sistem kapitalis melahirkan berbagai kebebasan beraqidah, kebebasan berkepemilikan, kebebasan bertingkah laku dan kebebasan individu yang dijadikan hukum, sehingga manusia bebas melakukan apapun atas nama kebebasan. Akibatnya, berbagai kemaksiatan pun dibiarkan seperti LGBT, perzinahan, korupsi, hingga tidak diterapkannya aturan Islam dalam seluruh aspek kehidupan.
Dalam sejarah musibah dan azab juga pernah turun kepada kaum terdahulu. Seperti Kaum Nabi Nuh, Allah tenggelamkan dalam musibah banjir Bandang. Kaum Nabi Hud Shaleh dan Syu’aib Allah tiupkan angin yang membinasakan kepada mereka. Firaun dan bala tentaranya juga Allah tenggelamkan kedalam samudra. Kisah-kisah mereka Allah ceritakan dalam Al-Quran agar menjadi pelajaran bagi Manusia yang datang setelah mereka.
Dan diantara sebab datangnya musibah yang menimpa manusia didunia. Baik, pada diri, keluarga, atau harta mereka adalah karena perbuatan dosa dan maksiat yang mereka kerjakan juga sebagai sebuah hukuman dari Allah atas mereka.
Allah Berfirman. “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (Dari Kesalahan-kesalahanmu). (Q.S Asy-Syuuraa:30).
Islam solusinya
Islam adalah agama yang merupakan rahmat. Untuk seluruh alam mempunyai solusi yang bisa mengatasi banjir. Islam dalam naungan Negara yaitu khilafah tentu memiliki kebijakan diantaranya :Negara Islam membuat kebijakan tentang masterplan dimana dalam kebijakan tersebut ditetapkan sebuah kebijakan yaitu pembukaan permukiman atau kawasan baru, harus menyertakan drainase-drainase penyediaan daerah serapan air. Penggunaan tanah berdasarkan karakteristik tanah dan topografinya dengan memperhatikan konsep kepemilikan individu umum dan swasta. Khilafah akan membentuk badan khusus yang menangani bencana-bencana alam yang dilengkapi dengan peralatan-peralatan berat, evakuasi, pengobatan dan alat-alat yang dibutuhkan untuk menanggulangi bencana.
Dalam menangani korban bencana, Khilafah akan segera bertindak cepat dengan melibatkan seluruh warga yang dekat dengan daerah bencana. Menyediakan tenda, pakaian, makanan, dan pengobatan, yang layak agar korban brncana alam tidak menderita kesakitan akibat penyakit, kekurangan makanan, atau tempat istirahat yang tidak memadai. Khilafah terus-menerus menyosialisasikan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dari kerusakan.
Khalifah sebagai kepala Negara akan menggerakkan para alim ulama untuk memberikan tusiyah-tausiyah bagi korban bagi mereka mengambil pelajaran dari musibah yang menimpa mereka, sekaligus menguatkan keimanan mereka agar tetap tabah, sabar, dan tawakal sepenuhnya kepada Allah SWT.
Itulah sedikit gambaran bagaimana cara khilafah mengatasi masalah banjir, khalifah adalah seorang pelayan rakyat yang akan dimintai pertanggung jawaban atas pelayanan yang ia lakukan. Jika ia melayani rakyatnya dengan pelayanan yang baik, niscaya ia akan mendapatkan pahala yang melimpah ruah, begitupun sebaliknya. Wallahu alam Bisshawab.
Penulis : Dewi Afrillia (Komunitas Peduli Generasi)