Sekularisme juga merujuk kepada anggapan bahwa aktivitas dan penentuan manusia, terutamanya yang politis, harus didasarkan pada apa yang dianggap sebagai bukti konkret danfakta, dan bukan berdasarkan pengaruh keagamaan. Sekulerisme berkembang di Eropa pada masa Renaisans ketika orang-orang Eropa mulai memfokuskan pada ajaran Humanisme yang mengedepankan peran manusia membangun peradaban dan pencapaian budaya yang tinggi. Sekulerisme yang berkembang pada Abad Pertengahan memberikan jalan pada manusia untuk memikirikan dan menjalankan kehidupan dunia dengan maksimal dan berpikir secara rasional terhadap perkembangan manusia ketimbang merenungi kehidupan yang akandatang (akhirat).
Ironisnya sekularisme yang ada saat ini menjadi panutan di negeri ini yang mayoritas Muslim. Bukan hanya marak di dunia nyata namun dalam dunia pertelevisian dipertontonkan di khayalak ramai dan menjadi konsumsi di kalangan masyarakat secara umum. Hal ini ditandai dengan beredarnya film “The Santri” ramai di media social muncul sejak awal September lalu dan bahkan menjadi trending topik. Film yang katanya menggambarkan kehidupan santri di pondok pesantren namun jauh panggang dari api. Mengindra fakta dari trailer film The Santri yang banyak beredar jelas sekali isinya penuh kontroversi. Disutradarai oleh Livi Zheng dan Khen Zhang merupakan sutradara terkenal di Hollywood yang berasal dari Blitar Jawa Timur yang notabene non muslim, maka tidak heran jika isinya tidak sesuai dengan fakta santri sesungguhnya. Film ini samasekali tidak menggambarkan nilai-nilai Islam bahkan merusak moral bangsa secara umum. Sistem sekularisme ini akan terus memproduksi apapun selama hal itu menguntungkan para pemilik modal, tak peduli lagi bagaimana sifat dan moral generasi penerus.
Kemudian di awal bulan Oktober ini mucul lagi film yang berjudul “SIN” yang mengangkat kisah sepasang kekasih saling mencintai namun ternyata mereka bersaudara. Jelas ini juga adalah fakta film hasil dari sekularisme yang sengaja diangkat untuk merusak moral. Ini bukan hanya bertentangan dalam budaya masyarakat tetapi juga bertentangan di dalam agama. Jelas bagi siapa yang menontonnya akan mudah terpengaruh dan mengikutinya. Sekularisme akan menghilangkan aturan agama dalam berperilaku/bertindak dan yang dikedepankan adalah akal. Jika perbuatan tersebut menguntungkan bagi manusia secara akal maka tentu saja ini akan dilakukan meski bertentangan dengan agama. Masyarakat akan menjadi bebas dan beringas menentukan pilihan dan tindakannya sendiri.
Tak heran jika jumlah remaja yang menjadi korban pergaulan bebas semakin hari semakin meningkat. Sekularisme adalah bukti nyata ancaman merusak generasi. Namun sayangnya sebagian masyarakat menganggap ini adalah bagian dari sebuah karya seni yang patut di apresiasi.Tentu ini adalah hal yang sangat keliru sebab ketika sebuah karya yang menjadi menjadi penyebab kerusakan moral generasi, tentu tidak bisa dibiarkan baik produksi filmnya terlebih lagi dalang dalam penyebaran ide yang merusak generasi. Masyarakat tentunya harus mampu membuat sebuah karya yang mampu membentuk karakter seorang muslim agar kaum muslim kembali ke identitas aslinya serta mengajak generasi untuk melakukan perubahan yang diridhoi Allah. SWT. Sungguh nyata pengrusakan moral yang diakibatkan oleh penerapan Sistem Demokrasi, kembalilah kepada sistem Islam yang mengatur moral bahkan hingga kesendi-sendi kehidupan masyarakat. Wallahu a’lam bi ash showwab
Penulis: Masyita Revolskhi (Pemerhati Pendidikan)