Virus yang pertamakali terdeteksi pada desember 2019 di Wuhan, provinsi Hubei, Tiongkok. Sejauh ini, virus corona tercatat telah menjangkit 14 ribu orang dan membunuh 304 pasien. Namun banyak yang meyakini jumlah sebenarnya adalah berkali lipat dari data yang disebutkan. Ini karena Cina cenderung tidak terbuka dalam menyampaikan info yang sebenarnya.
Dilansir oleh kompas.com. Peneliti dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Cina (CDC) telah mengumpulkan data dari berbagai sampel yang telah mereka teliti mengatakan bahwa pengebaran virus corona memiliki relevansi tinggi dengan perdagangan hewan liar.
Diduga virus corona berasal dari pasar Huana Wuhan yang dikenal sebagai tempat yang menjual hewan liar untuk dikonsumsi. Diperkirakan terdapat 112 Jenis hewan liar diperdagangkan di pasar tersebut. Diantaranya anak serigala, rubah, kelelawar, koala, burung merak, tikus hutan dan masih banyak lagi.
Kelelawar dianggap sebagai sumber penyebaran virus corona jenis baru dari Wuhan, atau novel voronavirus (2019-nCoV). Peter Daszak, Presiden EcoHealth Alliance, yang telah bekerja selama 15 tahun, telah mempelajari bagaimana penyakit berpindah dari hewan ke manusia. "Kami belum tahu sumbernya. Tapi ada bukti kuat bahwa virus corona Wuhan disebabkan oleh kelelawar. Mungkin kelelawar tapal kuda Cina, spesies umum yang beratnya satu ons," Kata Daszak. (Tribunnews.com,3/2/2020).
Sikap Pemerintah
Dalam menyikapi virus corona, pemerintah dinilai cenderung lamban dalam mengambil tindakan. Hal ini dinyatakan oleh Anggota komisi 1 DPR Fadli Zon yang mengatakan bahwa pemerintah lamban dalam menyusun kebijakan mengantisipasi penyebaran wabah virus corona.(Republika.Co.Id, Rabu, 29/1).
Terlebih lagi bahwa virus corona telah menyebar ke 25 negara termasuk negara tetangga yaitu: Amerika Serikat, Australia, Filiphina, Finlandia, India, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kamboja, Kanada, Korea Selatan, Malaysia, Nepal, Prancis, Russia, Singapura, Spanyol, Srilangka, Swedia, Taiwan, Thailand, Vietnam dan Uni Emirat Arab.(Cnn.Indonesia.com,4/2/2020).
Sungguh sangat mengkhawatirkan jika tidak segera mengambil tidakan dalam mengatasi virus ini. Bukan suatu keniscayaan virus ini juga bisa menyerang Indonesia. Apalagi pemerintah masih belum juga menutup akses masuknya turis asal cina ke Indonesia. Sebagaiman yang dilakukan pemerintah Filipina, misalnya, sudah membatalkan kebijakan visa on arrival bagi turis Cina sebagai bentuk antisipasi masuknya virus tersebut ke negaranya. Notabene virus corona berasal dari negeri tirai bambu.
Selain itu, pemerintah juga belum memberikan peringatan perjalan bagi WNI yang akan ingin bepergian ke Cina. Peringatan hanya diberikan khusus bagi mereka yang hendak mengunjungi Provinsi Hubei saja, terutama kota Wuhan. Padahal virus ini sudah menyebar ke 30 Provinsi dari 31 Provinsi di cina.
Melihat sikap lamban dari pemerintah menunjukkan kurangnya perhatian terhadap kesehatan warga negara. Sejatinya seorang pemimpin harus memperhatikan warganya dari segala arah termasuk dari wabah penyakit. Setiap warga negara berhak mendapatkan jaminan perlindungan baik WNI yang berada di Wuhan maupun warga negara dalam negeri.
Sembari pemerintah bertanggungjawab terhadap WNI yang berada di Wuhan, juga masih tetap harus memperhatikan warga negara yang lain. Sebagaimana kebijakan pemerintah yang memilih mengoservasi WNI dari Cina di daratan Natuna menuai penolakan dari masyarakat natuna. Karena sebagian besar masyarakat Natuna masih merasa resah dan khawatir akan penyebaran virus corona. Dalam hal ini masyarakat natuna meminta agar WNI dari Cina di observasi di lepas pantai dengan menggunakan kapal KRI. Dengan begitu masyarakat akan merasa lebih tenang jika mereka jauh dari pemukiman.
Solusi Islam
Islam di turunkan Allah Swt sebagai rahmatan lil'alamin. Islam mengatur semua hal dan memberikan solusi dalam setiap persoalan. Termasuk dalam mengatasi wabah penyakit. Dalam sejarah, wabah penyakit pernah terjadi pada masa Rasulullah Saw. Wabah itu ialah kusta yang menular dan mematikan sebelum diketahui obatnya. Untuk mengatasi wabah tersebut Rasulullah Saw menerapkan karantina atau isolasi terhadap penderita. Ketika itu Rasulullah Saw memerintahkan untuk tidak mendekati para penderita kusta tersebut.
Rasulullah Saw. bersabda: " Janganlah kalian terus menerus melihat orang yang mengidap penyakit kusta"(H.R. Al-Bukhari).
Apa yang dilakukan Rasulullah saw kepada penderita penyakit dengan karantina, mengisolasi penderita dari penduduk adalah serta merta untuk mencegah wabah penyakit tersebut agar tidak menular kepada kebanyakan orang dan mencegah menjalarnya penyakit ke wilayah lain.
Rasulullah juga pernah memperingatkan umatnya untuk tidak mendekati wilayah yang sedang terkena wabah. Rasulullah Saw. bersabda: " Jika kalian mendengar wabah dalam suatu wilayah, janganlah kalian memasuki wilayah itu. Sebaliknya jika wabah itu terjadi di tempat kalian tinggal, janganlah meninggalkan tempat itu.(H.R. Al-Bukhari)
Karantina atau isolasi yang jauh dari pemukiman dilakukan bukan serta merta dibiarkan begitu saja. Namun dalam proses karantina atau isolasi ini, orang yang terkena penyakit tetap mendapatkan pemeriksaan secara detail. Lalu dilakukan langkah-langkah pengobatan dengan pantauan ketat. Penderita baru boleh meninggalkan ruang isolasi ketika dinyatakan sudah sembuh total.
Selain itu, Islam sebagai peraturan hidup juga mengatur makanan dan minuman yang baik untuk dikonsumsi. Allah Swt. berfirman, " Makanlah oleh kalian rezeki yang halal lagi baik yang Allah turunkan bagi kalian"(TQS. An-Nahl :114). Serta selalu memperhatikan dan senantiasa menjaga kebersihan diri maupun lingkungan.
Dalam kitabullah terdapat kejelasan makanan yang halal dan haram serta lebih rinci lagi dalam fiqih. Memberikan kejelasan hewan apa saja yang halal untuk dimakan berikut tatacara sembelihnya. Sehingga apabila dikonsumsi akan mendatangkan kebaikan bagi tubuh bukan penyakit dengan potensi mematikan.
Namun demikian, penguasa juga punya peran penting untuk menjaga kesehatan warganya. Apabila terjadi wabah penyakit menular. Tentu rakyat butuh perlindungan yang optimal dari penguasa. Sebagai seorang pemimpin seharusnya bertanggungjawab penuh atas segala pesoalan yang dihadapi rakyatnya, termasuk menjamin perlindungan dari wabah penyakit. Wallahu a'lam bishshawab.
Penulis: Maryam (Anggota Forum Pena Dakwah/ Member AMK)