Ibu Lina yang kemudian menyusui koko dan sudah sama seperti ibu kandungnya membuat koko berfikir bahwa ibu kandungnya adalah ibu lina. Pada saat koko terbilang sudah bisa masuk di taman kanak-kanak, ibunya beserta ibu lina kemudian mendaftarkan koko untuk masuk di taman kanak-kanak tersebut. Koko seringkali mendapat pertanyaan “Nama Ibumu Siapa?” ia pun menjawab bahwa ibunya adalah Ibu Lina. Hari demi hari berlalu, ibu kandung koko pun datang dari kota menuju ke pedesaan tempat koko di asuh. Saat itu pula sewaktu koko bertemu dengan ibu kandungnya, ia masih tidak mengakui bahwa ibu lina sebenarnya bukan ibu kandung dari koko, dia adalah saudara kandung dari ibu koko.
Hal itu kemudian membuat koko dalam kondisi kebingungan bahawa yang mana sebenarnya ibu kandung koko. Pada saat koko sudah masuk di sekolah dasar, kelas satu hingga kelas 5 dirinya belum mengatahui jawaban dari kebingungannya itu. Koko baru mengetahui pada saat dirinya sudah duduk di bangku kelas enam sekolah dasar bahwa ibunya bukan Ibu Lina.
Setelah lulus di sekolah dasar, koko pun melanjutkan pendidikannya di sekolah menengah pertama di kota kediaman ibunya. Ketika koko melangkahkan kakinya dari rumah tempat ia di besarkan untuk berpindah ke kediaman ibunya, kondisi haru kemudian di rasakan oleh ibu lina bahkan air mata berjatuhan di pipinya karena ibu lina sangat menyayangi koko serta koko sudah tidak tinggal lagi bersama ibu lina.
Profesi ibunya yang sebagai bendara di salah satu sekolah menengah pertama, berinisiasi menyekolahkan koko di tempatnya bekerja. Saat setelah koko sudah masuk di sekolah tersebut, ia terus menerus di bombing serta di awasi oleh ibunya di sekolah. Koko kemudian mendapatkan teman-teman baru di sekolahnya. Selang beberapa saat ia bersekolah, sedikit demi sedikit kenakalan koko mulai muncul seperti merokok di kelas bersama dengan kawan-kawannya, bolos pada saat proses belajar mengajar di ruang kelas dan bahkan jarang mengerjakan tugas.
Kenakalan koko semisal merokok di sekolah, membuat dirinya sudah lain arah lagi karena ia sering kali mencuri uang di tas ibunya untuk membeli rokok bersama dengan teman sekolahnya. Di bangku kelas satu hingga dua, tingkah laku koko pun tak berubah malahan semakin jadi. Dengan keadaan tersebut membuat ibunya sering kali memarahi koko di rumah ketika balik dari sekolah.
Koko yang sudah tidak tahan lagi dibentak dan dimarahi oleh ibunya, membuat dirinya tidak kepengen lagi melanjutkan sekolahnya dan ingin kembali ke desa tempat dia di besarkan. Hal itu benar benar terjadi bahwa koko ingin balik ke desa tempat ia dibesarkan. Pada saat koko berada di terminal untuk menaiki mobil yang ingin mengantarkannya ke desa, ibunya pun bergegas mendatangi koko di terminal. Percakapan panjang antara koko dengan ibunya yang melarang koko untuk ke desa karena ia belum libur tidak dipedulikan koko, dirinya tetap ngotot untuk kembali ke desa.
Koko yang memutuskan untuk tidak bersekolah lagi, kemudian membuat dirinya harus bekerja karena hubungan antara dia dan orang tuanya cukup tidak membaik dan koko tidak mau mengharap uang lagi dari orang tuanya. Sepupu dari koko yang bekerja sebagai orang yang memasangkan tenda pelaminan membuat koko berfikiran untuk ikut bekerja agar dapat mengumpulkan ekonomi. Beberapa bulan ia bekerja di tempat itu, orang-orang terdekatnya pun membujuk koko untuk bersekolah kembali dan akhir koko pun merenungi bujukat itu.
Selang beberapa hari ia pun ingin bersekolah kembali, maka ibunya pun menguruskan surat pindahnya karena kemauannya koko untuk bersekolah di desa tempatnya di besarkan. Koko bersama dengan sepupunya bergegas menuju ke salah satu sekolah yang di inginkan dan ia pun di terimah untuk bersekolah disitu. Hari pertama ia bersekolah, kelakuan atau tingkahmya tidak berubah yaitu bolos, merokok, tidak mengerjakan tugas dan bahkan rambutnya melewati batas yang sudah di tentukan sekolahnya. Seminngu ia tidak pernah masuk di sekolah sampai akhirnya ia di berikan surat panggilan orasng tua atau wali dan dikeluarkan dari sekolah. Ia pun kemudian menganggur cukup lama.
Selama dirinya nganggur, yang dilakukannya setiap hari hanyalah keluyuran dimana-mana dan mengkomsumsi minuman yang mampu merusak dirinya. Tak lama kemudian lagi ia di daftarkan untuk mengikuti ujian di salah satu sekolah yang berjarak tidak jauh dari sekolah keduanya dan akhirnya ia pun mendapatkan ijasah untuk modal masuk ke jenjang sekolah menegah atas.
Setelah ia lulus, dirinya pun balik ke kota tempat ibunya tinggal untuk melanjutkan pendidikannya. Koko di daftarkan di sekolah menegah kejuruan tidak jauh dari kediamannya dan memilih jurusan otomotif karena ia menyukai jurusan tersebut. Dirinya yang dari dulu tergolong sebagai anak yang nakal, pada saat masuk di sekolah tersebut ia mendapatkan lagi teman-teman baru dan tingkah lakunya pun kembali. Di bangku kelas satu ia mulai lagi membuat kekacauan di sekolahnya dan membuat sekolahnya tercederai nama baiknya.
Sebanyak dua kali ia di berikan surat panggilan orang tua karena beberapa tingkah yang di lakukan. Setiap malamnya koko berkumpul dengan teman-teman sekolahnnya di salah satu tempat untuk merencanakan kejahatan misalnya pencurian serta perkelahian. Pada saat ia kekosongan tak tahu ingin melakukan apa-apa, koko bersama teman-temannya dengan memakai seragam sekolah bergegas untuk melakukan pencurian di berbaik mini market dan sampai pada akhirnya koko ketahuan mencuri sampai-sampai nyawanya hampir melayang akibat emosi warga di lokasi tersebut. Warga yang emosi kemudian menggeledah barang-barang si koko dan mendapatkan senjata tajam di job motor milik koko.
Tak lama kemudian pihak kepolisian mendatangi lokasi tersebut dan membawa koko bersama enam teman-teman lainnya ke kantor kepolisian untuk di proses. Pembelajaran di dapatkan kokoh bersama dengan temannya pada saat mereka di tangkap. Kemudian berlanjut lagi beberapa hari setelah dirinya bebas, ia pun mengulangi tindakannya yaitu menjambret gadget warga di dekat sekolahnya dan pada saat itu ia berpakaian sekolah. Nasib buruk lagi menimpa koko bersama dengan temannya, ia di jebloskan ke dalam jeruji besi setelah dirinya melakukan pelarian selama seminggu. Dari kejadian itulah koko di keluarkan dari sekolahnya.
Koko yang di keluarkan dari sekolahnya itu tak lama kemudian pindah lagi ke salah satu sekolah menengah atas dan di sekolah itu ia pun bertemu kembali dengan temannya yang pernah ia temani berkasus. Di sekolah itu koko setiap kali ketika beranjak kesekolah ia mengkomsumsi obat-obatan agar dirinya lebih pede di hadapan teman-teman serta gurunya. Setiap kali koko ketika mengikuti pembelajaran di kelasnya terkadang tertawa dengan sendirinya dan guru yang mengajar di kelasnya mulai curiga dengan tingkah laku si koko.
Guru di sekolah tersebut pada saat mengetahui bahwa koko adalah salah satu siswa yang mengkomsumsi barang haram maka disitu pula ia di ajak oleh gurunya ke ruang kantor sekolah untuk di berikan peringatan agar menghentikan menggunakan baram haram. Lama kemudian koko bersama teman-temannya yang memang dari dulu berteman, kemudian bermasalah kembali di sekolah itu dengan siswa lain yang notabenenya tinggal di dekat sekolah koko.
Dia sangat tidak menerima jika sekolah itu ingin di kuasai oleh siswa yang lainnya karena dia berfikir bahwa dirinya akan didiskriminasi di sekolah itu. Karena sakit hatinya tersebut, ia bergegas untuk menuju ketempat yang sering mereka tempati berkumpul dan menceritakan kepada kawan-kawannya bahwa dirinya memiliki masalah dengan kelompok lain dan ia juga ingin di keroyok oleh anggota dari kelompok tersebut. Akhirnya kawan-kawannya pun ingin memberikan bantuan kepadanya.
Ia bersama kawan-kawannya mengumpulkan beberapa peralatan untuk melakukan sebuah penyerangan. Pada saat ia melakukan penyerangan, tak satupun ia gunakan di wajahnya pada saat melakukan penyerangan. Dua orang lawannya pun menjadi korban hingga di larikan ke rumah sakit. Warga dan aparat yang mendengar berita tersebut sangat emosi, sehingga berbondong-bondong untuk mencari keberadaan pelaku penyerangan tersebut. Karena ia mengetahui bahwa dirinya sedang dalam pencarian, maka ia berpindah-pindah tempat untuk mencari persembunyian. Orangtuanya yang sangat merasakan kecemasan atas perilaku anaknya dan si orang tua tersebut terus-menerus di teror oleh warga sampai-sampai mengungsi ke rumah tetanggnya, kemudian terus menerus juga mencari keberadaan anaknya.
Seminggu setelah kejadian tersebut, keberadaannya di ketahui dan segera di bawah ke kantor polisi untuk di proses secara hukum. Ia pun tidak mampu berkutik lagi karena yang mampu ia lihat hanya tembok beserta jeruji besi saja. Sekitar semingguan dirinya berada di dalam jeruji tersebut dan tak lama kemudian di pindahkan ke lembaga permasyarakatan untuk dilakukan pembinaan terhadap dirinya. Dengan raut wajah yang tidak seperti biasanya serta pemikirannya yang kurang stabil membuatnya termenung setiap harinya. Pada saat beberapa hari dirinya di dalam lembaga permasyarakatan tersebut, ia menyesali semua yang sudah di lakukannya serta di situ pula ia tersadarkan.
Dengan kejadian tersebut, koko pun di keluarkan kembali dari sekolah Karena mencederai nama baik sekolah tersebut. Ia pun nganggur kembali seperti pada saat dirinya duduk di bangku sekolah menengah pertama. Singkat cerita, koko mendengar bahwa ada sekolah yang ingin mengadakan ujian paket C, koko pun di daftarkan untuk mengikuti ujian tersebut dan akhirnya ia pun mendapatkan ijasah untuk melanjutkan pendidikannya.
Kecemasan ibunya terhadap koko kemudian mengarahkan koko untuk tidak tinggal di rumah dulu karena jangan sampai keluarga dari korbannya masih emosi dengan tingkah koko. Ia pun tinggal di salah satu tempat yang sangat jauh dari kediamannya yaitu di depan salah satu universitas. Yang di tempati koko yaitu tempat percetakan, tak lama kemudian ia pun ikut bekerja di tempat percetakan tersebut. Koko pun mendapatkan teman baru yaitu rata-rata seorang mahasiswa yang kuliah di depan tempat ia bekerja.
Karena teman bergaulnya mendominasi mahasiswa, ia pun setiap harinya mendengar dan melihat aktivitas-aktivitas dari mahasiswa itu sendiri. Baca buku, diskusi serta demonstrasi menjadi pengetahuan baru yang dia dapatkan. Seiring dengan berjalannya waktu, ia pun kepikiran untuk melanjutkan pendidikannya dan menjadi seorang mahasiswa. Tak selang beberapa lama, ia pun mendaftarkan dirinya ke salah satu perguruan tinggi negeri walaupun itu ia sebanyak dua kali mendaftar sampai dirinya lulus.
Pada saat berstatus sebagai mahasiswa baru, ia mendapatkan pula teman-teman baru di kampusnya. Hari demi hari kenal mengenal membuat dirinya lebih akrab dengan teman-teman barunya. Saat perkuliahan sudah aktif, ia pun mengikuti seluruh mata kuliah tanpa terkecuali karena semangatnya yang cukup tinggi untuk berkuliah serta memasuki organisasi di kampusnya. Tidak hanya satu organisasi yang koko masuki, ia pun ikut melakukan deklarasi dan masuk di salah satu organisasi gerakan yang bergerak mengawal kasus-kasus rakyat. Tetapi setelah dirinya memasuki oranisasi itum ia tidak aktif dan bisa di katakana sebagai orang yang hanya menitipkan nama di dalam organisasi.
Dari semester satu hingga semester tiga, ia hanya kuliah kost dan tidak pernah membaca buku. Setiap kali ketika berdiskusi di ruang perkuliahannya, ia hanya terdiam tanpa mampu mengucapkan sepatah kata pun. Ada saat dimana koko di tunjuk oleh dosen yang mengajar di kelasnya untuk menjadi seorang moderator, rasa ketakutan pun bermunculan di dalam dirinya. Dengan keadaan seperti itu, ia kemudian berfikir bahwa mengapa aku sangat bodoh berbeda dengan kawan-kawan ku yang sangat aktif setiap kali berdiskusi.
Hidup yang cukup hampa di rasakan oleh koko karena ketidak mampuannya melakukan sesuatu yang bermanfaat. Ia pun kadang kala termenung sendirian akibat kehampaan yang di rasakan. Dari keadaan itu, koko pun ingin mengubah kebiasaannya yang tidak bermanfaat itu menjadi bermanfaat untuk masyarakat secara keseluruhan. Ia mulai membaca beberapa buku dan mencari senior-senior kampusnya yang mampu di jadikan sebagai tempat untuk berdiskusi. Beberapa buku yang kemudian iya sudah baca kini membuat dirinya semakin mampu mengasah cakrawala berfikirnya dan ia sudah aktif di dalam organisasi.
Hari demi hari ketika koko berjalan, buku yang sering ia baca tidak terlepas dari genggamannya bahkan beberapa buku ia bawa di dalam tasnya. Koko pun lebih aktif di organisasi gerakannya karena ia berfikir bahwa apa gunanya ketika saya hanya berkeliaran dalam kampus saja dan membaca beberapa buku namun saya tidak mampu mengimplementasikan hasil bacaan saya. Kebiasaan koko kini sudah berbalik arah yang dulunya sering kali melakukan tindakan kriminalitas namun sekarang ia berperan aktif melalui organisasi gerakannya untuk menjaga stabilitas di dalam negara. Koko tidak lagi memikirkan masalah penampilannya karena ia menganggap bahwa bukan penampilan yang yang di butuhkan oleh rakyat karena percuma berpenampilan keren tapi tak berguna bagi masyarakat.
Hal yang kemudian dapat kita tarik pada kehidupan koko yaitu seseorang yang hanya hidup dalam lingkaran kejahatan akan tidak memiliki nilai jual di tengah masyarakat dan hanya akan menjadi sesuatu yang menjijikkan. Membalikkan arah kehidupan kita secepatnya agar kita lebih bermanfaat di kalangan masyarakat kolektif.
Penulis: Muh.Nurhidayat.S (Kader Gerakan Rakyat Dan Mahasiswa Indonesia Disingkat Gerak Misi)