Zhulkifly Arsyad |
Menurutnya, peringatan Hardiknas tentu tidak bisa lepas dari sosok Ki Hajar Dewantara yang berjuang untuk Indonesia dari bidang pendidikan.
"Hardiknas tentu tidak bisa dilepaskan dari jasa Ki Hadjar Dewantara, sosok penting bagi Indonesia yang memperjuangkan hak masyarakat Indonesia dalam sektor pendidikan"
Karena Ki Hadjar Dewantara memiliki semboyan yang ia terapkan dalam sistem pendidikan. Semboyan tersebut adalah Ing Ngarsa Sung Tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide), dan Tut Wuri Handayani (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan)
Taohid menjelaskan, dengan demikian jika bicara pendidikan maka tidak akan bisa dilepaskan dari peran guru dan dosen sebagai tenaga pendidik. Ia katakan, kedua profesi ini merupakan garda terdepan untuk mencetak generasi Indonesia emas.
Karena dari merekalah berbagai jenis ilmu diteruskan kepada peserta didik, interaksi sosial pun terjadi, tidak hanya sekedar membangun kemampuan intelektual, interaksi sosial antara pendidik dengan peserta didik juga melibatkan hati. Karena setiap peserta didik memiliki keunikannya masing-masing.
Taohid yang juga merupakan salah satu Mahasiswa di Universitas Negeri Makassar itu mengatakan, bahwa Hardiknas harus dijadikan sebagai hari untuk memaknai kembali arti pendidikan
Dan dengan peringatan Hardiknas itu sendiri juga menjadi momentum untuk mengingat perjuangan para pahlawan pendidikan.
Bukan semata-mata menjadikan acuan sebagaimana mencerdaskan kehidupan bangsa melainkan untuk mengajar peserta didik. Tapi bagaimana mendidik peserta didik lebih dimaksimalkan lagi guna memberikan pembelajaran yang optimal bagi peserta didik itu sendiri.
Momentum Hardiknas 2 mei, mengingatkan kita sebagaimana gejala pendidikan kian hari makin jauh dengan tujuan pendidikan yang termaktub dalam UU No 12 tahun 2012 yang dimana "mencerdaskan kehidupan bangsa" tak lagi terjewantahkan dalam dunia perguruan tinggi hari ini. Biaya kuliah makin mahal, ruang ilmiah mulai terkebiri, pembelengguan lembaga kemahasiswaan hingga maraknya pembungkaman demokrasi dalam dinamika kampus
Penulis: Zhulkifly Arsyad