Doc Suliati |
Dan saat korban terus berjatuhan negara nampak masih banyak mikir akan kebijakan apa yang harus diambilnya. Yang akhirnya rakyatpun menjadi kebingungan. Ada sebagian rakyat yang terlalu berlebihan dalam menyikapi namun ada juga terlalu melonggarkan bahkan menganggap sepele.
Dan hingga hari ini berbagai kebijakan yang diterapkan tidak menunjukkan hasil positif. Terkhusus sikap plin-plan pemerintah yang akhirnya membuat kondisi masyarakat semakin runyam. Korban Covid yang semakin meningkat dan kehidupan rakyat yang semakin sekarat. Kematian, kriminalitas, pengangguran, hingga kebangkrutan memolesi wajah negeri.
Dengan ini pemerintah seakan menampakkan kepada siapa berpihak. Yang mana dari berbagai kebijakan yang diambil saja selalu di barengi alasan ekonomi. Dan hal ini sangat nampak telanjang lagi dimana saat umat Muslim dilarang ibadah di masjid terkhusus di bulan Ramadhan, bulan yang selalu menjadi penantian bagi Muslim yang bertakwa. Namun malah melonggarkan pabrik, Mal, pasar, bandara, dan pelabuhan yang disesaki manusia.
Selanjutnya, di tengah kondisi krisis seperti ini pemerintah secara keji malah menaikan BPJS, menggolkan UU Minerba, dan tetap melanjutkan pembangunan pemindahan ibukota baru.
Dari sini nampak jelas kepada siapa negara berpihak dan demi ekonomi siapa pula yang menjadi pertimbangan pemerintah. Para kapitalis. Hanya kepada merekalah pemerintah berpihak. Hitung-hitungan yang dilakukan selama ini bukanlah untuk kemaslahatan rakyat melainkan untuk kepentingan para kapitalis. Benarlah pengusung penguasa adakah para kapitalis dengan mengelontorkan biaya yang fantastis. Sebagaimana tabiat demokrasi yang menjadikan pemilihan pemimpin saja menjadi sangat mahal dan melelahkan. yang telah menjadikan penguasa itu ada.
Selanjutnya, sekularisme yang menjadi asas kapitalisme semakin menjadikan para penguasa merasa kebal dari azab dan pengawasan sang Maha Kuasa. Dan inilah pemicu laten atas seluruh kerusakan yang terjadi dikehidupan ini.
Maka, kemana seharusnya muara seluruh manusia terkhusus umat Muslim dalam menjalankan roda kehidupan, kecuali hanya kembali kepada Sang Maha Penguasa, yaitu Allah SWT. Allah menurunkan Islam tiada lain sebagai rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil'alamin). Sehingga hanya Islamlah atas solusi kehidupan ini.
Sebagaimana pemimpin dalam Islam hanya diangkat untuk menerapkan aturan Islam, rakyat sebagai penguasa dan kedaulatan hanya di tangan syara'. Ini berarti kepemimpinan penguasa hanya sebagai pelaksana hukum syara'. Sehingga pemimpin akan diangkat atas tujuh kriteria yang ditentukan oleh Islam pula.
Dengan demikian penguasa akan menjalankan kepemimpinannya dengan landasan keimanan yaitu sebagai periayah bagi seluruh rakyatnya. Contoh riilnya saja saat sikap khalifah Abdul Hamid II dalam menyambut bulan ramadhan. Sebelum dan menjelang bulan ramadhan negara selalu memastikan pahan pangan untuk rakyatnya dan bahkan mengecek sendiri kualitas yang akan dikonsumsi oleh rakyatnya. Sampai-sampai kholifah sendiri yang memilihkan jenis tepung dan menentukan standar kematangan untuk olahan roti.
Sungguh, suatu sikap kepemimpinan yang begitu jeli dan bertanggungjawab. Begitu besarnya negara dalam masalah makanan yang bukan hanya ketersediaannya saja namun juga menjaga kualitas terbaik. Dan hal demikian tentu akan dilakukan lebih keras lagi saat terjadi pandemi seperti saat ini.
Negara tidak akan gagap lagi dalam memenuhi kebutuhan pokok sebab kebutuhan pokok telah menjadi kewajiban negara saat ataupun tanpah wabah. Sedang yang dilakukan hanyalah bagaimana dalam pendistribusian saja. Sedang jika memang terjadi krisis maka wilayah-wilayah lain yang tidak terkena wabah akan mengirimkan berbagai bantuan baik makanan, pakaian maupun berbagai kebutuhan medis.
Kenapa bisa demikian? Jelas sangat berbeda sekali dengan kondisi hari ini dimana negara-negara lain hanya akan membantu atas nama utang dengan serentet prasyarat yang membuntutinya. Sebab, negara-negara saat ini tersekat oleh paham nasionalisme yang menjadikan setiap negara harus menentukan nasib sendiri-sendiri.
Hal demikian jelas sangat bertolak belakang dengan Islam. Dengan satu naungan negara Islam atas seluruh wilayah muslim akan menjadikan mereka saling menopang kehidupan antara satu wilayang dengan wilayah-wilayah yang lain tanpa syarat apapun. Sebagaimana hadist Rasulullah berikut.
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam berkasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam”. (HR. Muslim).
Jelas dari sini saling menopang kehidupan sudaranya menjadi kewajiban mutlak dalam Islam. Sebab, semua bukan berdasarkan itung-itungan materi melaikan karena keimanan dan ridho Allah semata.
Maka, sudah seharusnya kita umat Muslim kembali mengkaji Islam secara menyeluruh. Sebab, hanya dengan itu kita akan terbuka bahwa Islam adalah satu-satunya penyelamat kehidupan dengan aturan yang memuliakan. Wallahu'alam bishawab
Penulis: Suliati.