Citrawan Fitri, S.Mat., M.Pd. Moramo, Sulawesi Tenggara (Pemerhati Sosial) |
Berbagai sektor ekonomi telah terpukul hebat akibat virus corona ini, termasuk ancaman bagi ketahanan global. Lembaga dunia World Food Programme (WFP) menyatakan masyarakat dunia menghadapi ancaman kelaparan besar-besaran dalam beberapa bulan lagi akibat dari resesi ekonomi yang dipicu oleh pandemi Covid-19 atau virus corona.
Saat ini ada 135 juta orang menghadapi ancaman kelaparan. Proyeksi dari WFP menunjukkan jumlahnya bisa meningkat dua kali lipat menjadi 270 juta orang. Jumlah ini masih bisa bertambah karena ada sekitar 821 juta orang yang kurang makan. Sehingga, total warga dunia yang bisa mengalami kelaparan dan menimpa sekitar satu miliar orang. https://dunia.tempo.co (23/04)
Bencana pangan ini bisa jadi terjadi disekitar 55 negara jika melihat pada skonario terburuk. Eksekutif Direktur WEP, David Beasley, mengatakan ada sepuluh negara yang telah mengalami kelaparan dan menimpah sekitar satu juta orang.
Hal ini telah disadari oleh lembaga PBB yang mengurusi pangan dan pertanian, Food and Agriculture Organization atau FAO. Mereka menggelar pertemuan tak terjadwal bersama-sama menteri-menteri pertanian negara G20, pada Selasa (21/4). Pertemuan itu juga dihadiri perwakilan WEP, Bank Dunia, dan Dana Internasional untuk Pengembangan Pertanian (International Fund for agricultural Development/IFAD).
Dalam pertemuan itu Direktur Jenderal FAO, QU Dongyu menyatakan pandemi virus corona memberikan tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dampak sosial-ekonominya mendalam dan global. Kita membutuhkan tindakan bersama dan tegas, termasuk oleh G20, yang menteri pertaniannya saya temui hari itu. Kita harus menjaga rantai pasokan pangan dan memastikan produksi serta kesediaan pangan untuk semua. https://kumparan.com (27/04)
Pun dengan pernyataan peneliti Agraria LP3ES Iqra Anugrah menilai dampak dari pandemi Corona patut diwaspadai bersama. Sebab, kata dia, korban pertamanya adalah masyarakat kelas menengah ke bawah. Dari perspektif agraria, dampak pandemi Covid-19 ini memang mengkhawatirkan. Krisis pangan akan terjadi, dan yang akan terdampak adalah lapisan-lapisan yang paling rentan dari masyarakat, seperti kelas menengah ke bawah dan kelompok-kelompok minoritas di perkotaan. liputan6.com (27/04).
Sebelumnya FAO telah menghimbau negara-negara di dunia untuk mempersiapkan kondisi menghadapi ancaman krisis pangan pada saat dan pasca wabah Covid-19 ini. Bahkan menurut WEF negara-negara Eropa sudah mulai mengalami gangguan pasokan pangan, karena sejumlah negara produsen pangan mengalami wabah yang parah.
Sebagaimana Italia dan Spanyol yang mengalami gagal panen karena kesulitan memasukkan tenaga buruh tani yang biasanya didatangkan dari luar negeri serta adanya pembatasan jam kerja. Padahal keduanya adalah penyedia buah-buahan terbesar untuk dikawasan Eropa. www.muslimahnews.com(27/04)
Demikian pula dengan Indonesia yang menjadi importir pangan untuk sejumlah komoditi. Salah tiganya adalah beras, gula, dan daging. Ketiganya kini sedang terancam kelangkaan karena produksi dalam negeri tak memadai dan impor terganggu kebijakan penekanan pandemi corona negara lain.
Maka, bukan tanpa alasan jika Presiden Jokowi pun mengingatkan ancaman krisis pangan sebagai dampak pandemi virus corona. Meskipun demikian, pemerintah harus dapat memberikan edukasi kepada masyarakat bagaimana langkah mitigasi guna mencega krisis pangan ini.
Sebab, negara adalah penanggung jawab utama dalam mengurusi hajat rakyat yaitu sebagai raain (pelayan/pengurus) dan junnah (pelindung). Sebagaimana sabda Rasulullah saw. “Imam (Khalifah) raa’in (pengurus hajat hidup rakyat) dan dia bertanggung jawab terhadap rakyatnya” (HR. Muslim dan Ahmad).
Dalam hadis lainnya Rasulullah menegaskan, “Khalifah itu laksana perisai tempat orang-orang berperang dibelakangnya dan berlindung kepadanya...” (HR. Muslim)
Oleh sebab itu, bukan tanpa alasan pula pemerintah harus dapat menyelesaikan persoalan pangan ditengah pandemi ini. Agar masyarakat dapat tetap bertahan hidup dan melaksanakan aktivitas ditengah wabah corona.
Dalam kondisi wabah virus corona saat ini, khususnya Indonesia di mana laki-laki menjadi tidak mampu mencari nafkah karena PHK yang menyebabkan kebutuhan keluarga tidak terpenuhi, maka saat inilah peran negara betul-betul dibutuhkan oleh rakyatnya, sebab bantuan dari lembaga swadaya masyarakat hanyalah bersifat sementara dan tidak mampu memenuhi semua kebutuhan rakyat. Hanya negara yang punya kuasa untuk melakukannya. www.muslimahnews.com (29/04)
Maka, saat ini yang dibutuhkan masyarakat adalah bagaimana peran negara sebagai garda terdepan untuk mencegah wabah ini semakin meluas, memenuhi kebutuhan pokok rakyat selama masa karantina serta membantu rakyat yang terdampak langsung maupun tidak langsung oleh kebijakan penanggulangan Covid-19.
Sebagaimana telah dicontohkan pada masa kepemimpinan Khalifah Umar Bin Khaththab ra yang berpusat di Madinah bahwa pernah terjadi krisis ekonomi. Beliau langsung memerintahkan pendirian posko-posko bantuan, kemudian membagikan makanan dan pakaian langsung kepada rakyat yang jumlahnya mencapai enam puluh ribu orang.
Disebutkan bahwa Khalifah Umar ra. Memberi makanan kepada orang-orang badui dari Dar ad-Daqiq, sebuah lembaga perekonomian yang berada pada masa pemerintahan Umar. Lembaga ini bertugas untuk membagi tepung, mentega, kurma, dan anggur yang berada di gudang kepada orang-orang yang datang ke Madinah sebelum bantuan dari Mesir, Syam, dan Irak datang.
Begitulah potret pemimpin menurut Islam, yang tidak hanya menyediakan tetapi juga turut andil dalam pembagiannya. Semoga pemimpin seperti Rasulullah saw. dan sahabatnya segera hadir ditengah-tengah umat seiring dengan datangnya fajar kemenangan Islam. Wallahu a’lam bisshawab
Penulis: Citrawan Fitri, S.Mat., M.Pd. Moramo, Sulawesi Tenggara (Pemerhati Sosial)