Dwi Fajriani (Kader HMI Kom.Saintek Cabang Gowa Raya) |
Tidak tidur dalam 7 malam, mendapat materi yang ujungnya kita di suruh membaca dan mencari tau sendiri maksudnya, sampai mengikuti Basic Training 4 kali hanya karena penasaran tentang apa yang sebenarnya ingin di cari seorang kader HMI. Tapi setelah resmi menjadi kader, aku merasa memiliki beban lebih; beban untuk mencari tahu, membaca, berdiskusi, bahkan beban untuk melepaskan kesenangan dan kenyamanan romantisme yang sebelumnya telah kumiliki.
HMI, begitulah orang menyebutnya, di mana semua jenis pemikir dan jenis manusia kutemukan didalamnya, awalnya ku sangat takjub akan kefasihan dan kelancaran doktringan yang dimiliki oleh kader-kader yang lebih dulu mencelupkan kepalanya di organisasi ini, sebagai Mahasiswa baru memang hal yang sangat luar biasa jika seseorang mampu merasionalkan hal yang jelas itu di luar nalar seorang Maba, mendoktrin dan mungkin berucap yang sama sekali tidak nyambung denganku yang bodoh ini.
Tapi itulah kelebihan sebagian orang-orang yang awalnya kutemui, di organisasi ini juga sangat banyak kutemui para ahli buku yang menurutku sangat luar biasa, bercerita berdasarkan apa yang telah ia baca, menurut teori ini dan itu, tak hanya itu, disini juga banyak melahirkan demonstran-demonstran yang sangat fasih berteriak dengan kepalan tangan kiri di langit menyuarakan keadilan di depan megaphone dan bercucuran keringat di depan ban bakar, dan itu membuatku langsung jatuh cinta untuk kesekian kalinya dengan orang-orang di sini. Oh Tuhan, nikmat mana lagi yang ku dustakan, telah kau berikan kesempatan seorang Lafran Pane mendirikan organisasi yang sangat luar biasa ini.
Mungkin itu sedikit pandanganku sebagai seorang Maba yang baru ikut mencoba mencelupkan kepalaku di dasarnya, tapi semakin ku celupkan kepalaku lebih dalam, semakin banyak kutemui peristiwa-peristiwa yang luar biasa yang mungkin seorang Maba tidak akan tau polemik apa yang terjadi di tubuh organisasi tua nan renta ini.
Dimulai dari penamaan organisasi yang kemudian terpecah menjadi dua, yah, apalagi kalau bukan "DIPO & MPO", pelenggangan ambisi dan egoisme yang kemudian menjerat kami sang Maba yang masih polos dan tidak tahu menahu tentang problem ini, yang kami tahu hanyalah Pasal 1 yang dibacakan pada saat Konstitusi "Organisasi ini bernama Himpunan Mahasiswa Islam disingkat HMI" titik, tak ada tambahan DIPO maupun MPO, yang kami tahu HMI hanya Satu. Adanya sektarian yang membuat pengklaiman yang ini atau yang itulah yang benar, "jangan masuk itu masuk di sini saja, yang sana beda" bukannya dengan kata-kata itu sama saja kita yang "mengagungkan diri" sebagai kader telah mencoreng nilai dari pasal 1 itu? Ataukah memang si-Pasal 1 ini hanyalah bualan yang tertoreh di dalam secarik kertas saja? entahlah, ini masih menjadi pertanyaan besar di dalam lubuk hati yang paling dalam.
Ini baru berputar di nama saja, belum masuk ke ideologi dan kepentingan yang ada ditubuh organisasi ini, setahu ku sebagai mahasiswa baru, organisasi ini hanya berkiprah sesuai tujuannya, yaitu mencapai 5 kualitas insan cita untuk menuju masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT. Sungguh niat yang sangat luar biasa bagiku, tapi ternyata itu semua kembali menimbulkan sektarian-sektarian kelompok di tubuh HMI, di mulai dari polemik pengurus besar yang pernah dinahkodai oleh dua orang hebat, yah, saya tidak pernah meragukan kehebatan keduanya, semua sudah lama dan sudah tau bagaimana asam manis sebuah organisasi, tapi memang tidak bisa dipungkiri, ambisi dan egoisme kepentingan yang pernah menyelimuti keduanya, tapi syukurlah sedikit demi sedikit polemik ini diselesaikan dengan kepala dingin, walau masih banyak golongan yang merasa kecewa atas putusan itu, tapi ku sedikit lega, setidaknya di sini kembali ku belajar tentang arti sebuah penyatuan dan keikhlasan. Semoga keseluruhan polemik yang bersumber dari pusat itu segera berakhir di tubuh himpunan ku nan renta ini.
Nah, berlanjut ke problem problem lain yang lebih terasa dalam diriku, benturan serta pengklaiman di sana dan di sini kemudian membuatku lebih bisa mengambil resiko dari sebelumnya, resiko yang kemudian membenturkan ku ke kiri dan ke kanan, tapi itulah konsekuensi dari sebuah perjuangan kata seniorku dulu.
Sampai di titik aku mulai jenuh dengan status ku yang hanya seorang Adinda, kader yang kadang ku berfikir hanya dijadikan pion untuk menetralisir lawan, pion yang di klaim kiri dan kanan. Yah, aku mulai jenuh di tahap itu, ketertarikan ku untuk bergaul dan berteman tanpa melihat sekte senioritaslah yang membuatku sangat bimbang jika di hadapkan dengan pilihan, sampai suatu ketika aku pernah berfikir untuk meninggalkan ini semua, tapi semua ku bendung dengan mengikuti training selanjutnya. Yah aku masih berfikir, mungkin masih ada cerita yang akan kutorehkan di tahap selanjutnya.
Yang pertama ku ikuti adalah training khusus perempuan, awalnya memang ku sedikit acuh untuk membahas "apa sih perempuan itu?" yang ku anggap perempuan dan laki-laki itu sama saja, sama-sama di ciptakan Tuhan sebagai khalifah, tapi di jenjang training ini, sungguh berbeda dari dugaan ku, bukan hanya sekedar membahas kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, tapi di sini ku juga membuka mata tentang bagaimana perjuangan perempuan dalam melindungi diri dan memahami dirinya sebagai manifestasi Tuhan yang sangat sempurna.
Tidak hanya itu, lepas dari training khusus itu, ku lebih banyak mencari tau dan membaca buku tentang perempuan, berdiskusi, bahkan turun langsung untuk melihat bagaimana dampak lingkungan yang berembes terhadap kesejahteraan perempuan. Pandanganku tentang perempuan langsung saja berubah, aku lebih sensitif dan lebih perasa jika mendengar kasus-kasus yang mengorbankan perempuan.
Tak sampai disitu, mencari tau tentang perempuan rasanya tak lengkap kalau hanya berdiskusi dengan perempuan saja, mungkin mengikuti intermediate training cocok untuk ku lebih menggali rasa penasaran tentang hal apa yang sebenarnya ku cari di Organisasi ini. Lepas dari LK2, ku mulai kembali membuka mata untuk lebih menilai dan meresapi kata-kata senior pada saat ku maba dulu, dan mulai belajar untuk tak melihat sesuatu dengan argumentasi sendiri, belajar akan kesalahan dan kembali berbenah diri untuk tak hanya dijadikan pion, tapi dijadikan penyerang.
Karena semakin ku menenggelamkan kepalaku ke dasarnya, maka semakin tak bisa aku bernafas dan semakin gelap pengelihatan ku, tapi penasaran itu masih saja muncul menghantui ku, seiring berjalannya waktu, aku mulai mengerti apa yang sebenarnya kucari, bukan lah apa yang disembunyikan oleh organisasi ini, tapi apa yang ku sembunyikan sendiri dalam diriku.
Bagaikan berlari di padang pasir yang panas, semakin kita minum maka semakin kita haus, semakin kita mengeluh akan panas maka akan semakin terasa panas itu menusuk ke kulit kita. Jalani dengan sebaik mungkin, dan berusaha untuk memaknai proses hidup, karena perjuangan bukan hanya mencapai sebuah tujuan, tapi keikhlasan dan keyakinan lah yang membawa kita.
Himpunan Mahasiswa Islam. Yah, nama itu selalu terngiang dan menari-nari di fikiranku, terima kasih karena telah membawaku bermetamorfosa sejauh ini, terima kasih telah menjadikanku pejuang dengan jalanku sendiri. Yakin Usaha Sampai
Penulis: Dwi Fajriani (Kader HMI Kom.Saintek Cabang Gowa Raya)