Rizqi Awalia Putri, Kader Ruang Dialektis, Kader Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Gowa Raya |
Kiprahnya dalam memperjuangkan hak-hak perempuan bisa kita rasakan sampai hari ini, dimana perempuan memiliki derajat dan perlakuan yang sama sebagai warga negara. Hak dalam memperoleh pendidikan, pekerjaan dan partisipasi politik.
Pemikirannya melewati zamannya, disaat perempuan masih terbelenggu oleh tradisi lokal dan kolonialisme, ia dilahirkan sejarah untuk mendobrak mental perempuan untuk ikut berjuang memperoleh kemerdekaan melalui pendidikan, ia adalah Raden Ajeng Kartini. pelopor kebangkitan perempuan pribumi yang gigih memperjuangkan emansipasi, melepaskan kaumnya dari diskriminasi yang sudah membudaya pada zamannya.
Berkat kecerdasan, keberanian, dan keinginan yang kuatnya perempuan-perempuan masa kini dan yang akan datang akan tetap mendapatkan posisi dalam masyarakat, bukan lagi menjadi perempuan-perempuan yang tak berpendidikan, perempuan yang terkungkung dalam penjara ketidakadilan karena penjajah dan aturan-aturan sosial tradisional yang menyudutkan kaum perempuan
Sosok Kartini seolah membuka babak baru perjuangan, ia berhasil menginpirasi perempuan-perempuan lainnya untuk terus melawan ketidakadilan atas dirinya, perempuan-perempuan hebat lahir yang kemudian keberanian dan kegigihan perjuangan Kartini seolah mengalir dalam tubuh seorang perempuan hebat nanluar biasa, yang memperjuangkan nasib buruh meskipun harus tewas dengan cara yang tak wajar 8 Mei 1993 menjadi catatan kelam sejarah Indonesia pada saat itu di mana tubuh Marsinah ditemukan tak bernyawa di tepi hutan Jangong, Nganjuk tubuhnya penuh luka, dan bekas ikatan, Marsinah di bunuh dengan keji dan tak berperikemanusiaan hingga sampai saat ini kasus kematiannya belum menemukan titik terang sekalipun pemerintahan telah silih berganti namun tak satupun mampu mengungkap kasus kematian Marsinah.
Sosoknya adalah simbol keberanian, perlawanan, dan perjuangan. Raganya mungkin sirna namun semangatnya akan selalu membara. Perjuangannya membela kaum buruh menjadikan nyawanya sebagai taruhan. Hak adalah alasannya mengapa ia berani bertindak.
Kesejahteraan adalah tujuan mengapa ia harus melawan. Hidup mencari kebenaran, mati dibunuh karena benar.
Kedudukan perempuan dan laki-laki sama dalam kehidupan bermasyarakat untuk bisa mendapatkan hak dan menjalankan kewajibannya sebagai makhluk sosial.
Namun dibeberapa tempat, perempuan dianggap lebih rendah dari pada laki-laki. Kaum perempuan kurang mendapatkan tempat di dalam kehidupan sosial. Praktik kekerasan dan pelecehan seksual masih menjadi pekerjaan rumah bersama yang harus diselesaikan secara konkrit dan komprehensif.
Meskipun dalam kodratnya, perempuan memang ditakdirkan sebagai pendamping laki-laki. Hal itu tidak dapat menjadi penghalang untuk perempuan satu langkah lebih maju dengan tetap mengedepankan harkat dan martabat perempuan yang mempunyai hak-haknya sendiri. Dari sinilah Raden Ajeng Kartini dan Marsinah sosok perempuan hebat yang menginspirasi dalam penyetaraan hak antara perempuan dan laki-laki terutama dalam hal pendidikan, pekerjaan, dan partisipasi politik. Mereka adalah sosok perempuan yang melampaui segala yang ada meski tidak pernah mendapat pendidikan seperti apa yang diinginkan tapi mereka mampu berfikir kritis dan menembus batas cakrawala dunia dengan pemikiran-pemikirannya.
Terakhir penulis beranggapan bahwa sosoknya akan terus ada dan berlipat ganda, tak mati ditelan waktu.
Penulis: Rizqi Awalia Putri, Kader Ruang Dialektis, Kader Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Gowa Raya Komisariat Syariah Dan Hukum UINAM