Ainul Mizan (peneliti LANSKAP)
LorongKa.com - Film My Flag menjadi perbincangan. Film baru berdurasi pendek yang tayang lewat kanal youtube ini menyedot perhatian.
Penulis sendiri dibuat penasaran. Ekspektasi penulis adalah film ini mestinya diarahkan dengan bekal kecintaan kepada bendera Merah Putih akan mampu menggerakkan kecintaan kepada tanah air. Tentunya kecintaan kepada tanah air adalah dengan membebaskan negeri ini dari dominasi penjajahan. Bukankah kekayaan alam Indonesia sedang dikangkangi oleh korporasi? Sementara rakyat negeri ini yang menjadi pemiliknya hanya bisa gigit jari. Bahkan parahnya kemiskinan mendera rakyat sebuah negeri yang kaya raya ini.
Tambang emas dikuasai oleh Freeport. Blok migas Cepu dikuasai Exxon Mobile dan lainnya. Apalagi menyusul setelah itu munculnya UU Minerba di masa pandemi. Sekarang ada Omnibus Law Ciptaker, yang menurut Kepala BKPM merupakan karpet merah bagi investasi dari dalam negeri maupun luar negeri. Omnibus Law Ciptaker merupakan Puncak hegemoni oligarki kekuasaan. Inilah ancaman sesungguhnya bagi Indonesia. Ancaman neoimperialisme yang lahir dari Ideologi Kapitalisme.
Ditambah lagi negeri ini berada dalam bahaya laten Komunisme. Ancaman akan kembalinya PKI menjadi trauma sendiri bagi bangsa. Peristiwa PKI Madiun di 1948 dan G-30 S PKI di 1965 menjadi noktah hitam sejarah bangsa. Bangsa Indonesia yang berlandaskan Ketuhanan Yang Maha Esa tidak bisa menerima Komunisme yang berasas Atheisme. Oleh karena bangsa ini mestinya harus berjuang membebaskan diri dari belenggu Kapitalisme maupun Komunisme.
Akan tetapi sungguh mengecewakan. My Flag diarahkan kepada upaya untuk membendung apa yang disebut dengan radikalisme. Tidak bisa dipungkiri bahwa radikalisme yang dimaksud adalah upaya guna mengembalikan penerapan Islam dalam wadah al-Khilafah. Indikasinya bisa dilihat pada 2 hal yakni penyebutan tidak ditolelirnya bendera lain, dan ciri - ciri keislaman yang dilekatkan pada kalangan yang disebut berpaham radikal.
Adalah sebuah keanehan apabila bendera lain yang dimaksud adalah Bendera Tauhid. Sementara Bendera Bintang Kejora dikibarkan OPM tidak dipersoalkan. Sangat menyedihkan bila ada seorang muslim yang justru membenci bendera Tauhid. Bahkan tega melakukan pembakaran terhadap Bendera Tauhid.
Bendera Tauhid yang disebut Liwa dan Rayah menjadi pengobar semangat jihad melawan penjajahan. Liwa dan Rayah adalah bendera persatuan kaum muslimin.
Bukankah makna keberanian dan kesucian dalam Bendera Merah Putih akan selaras dengan semangat jihad. Sedangkan bendera Tauhid adalah bendera jihad. Rasul Saw bersabda yang artinya barangsiapa yang terbunuh karena mempertahankan agama, kehormatan dan hartanya maka ia mati syahid.
Adapun mengenai ciri-ciri keislaman yang disematkan pada orang - orang yang berpaham radikal. Celana cingkrang dan cadar itu bukankah bagian dari ajaran Islam? Memang ini perkara ikhtilaf. Justru karena perkara ikhtilaf penyikapannya harus mengedepankan adab dan akhlaq yang baik. Bukan main paksa melepas cadar seorang muslimah.
Mestinya kita bisa belajar kepada Imam madzhab dalam menyikapi ikhtilaf. Adalah al Imam Syafi'i pernah berziarah ke makam al-Imam Abu Hanifah. Beliau menginap hingga tujuh hari. Pada saat Sholat Shubuh, Imam Syafi'i memimpin Sholat Shubuh dengan tidak membaca Qunut. Padahal membaca Qunut dalam pandangan Asy Syafii itu termasuk Sunah Ab'adz yakni bila lupa membaca Qunut, mesti melakukan sujud sahwi. Imam Syafii tidak membaca Qunut di tempat Imam Hanafi yang tidak membaca Qunut. Tujuannya adalah dalam rangka memuliakan Imam Hanafi. Demikianlah ikhtilaf di tengah para ulama. Perbedaan pandangan tidaklah menimbulkan perpecahan dan permusuhan.
Yang terjadi dalam Film My Flag justru beraroma mengadu domba umat Islam. Menempatkan simbol-simbol Islam dan ajaran Islam sebagai sebuah ancaman. Endingnya umat dibuat menjauh dari upaya mengembalikan penerapan Islam secara paripurna. Padahal hanya dengan Syariat Islam, Indonesia bisa terbebas dari semua bentuk penjajahan.
Aktifitas namimah (mengadu domba) diharamkan dalam Islam. Rasul Saw bersabda:
"Tidak akan masuk surga orang - orang yang suka mengadu domba."
Di dalam Kitab Tanbihul Ghofilin disebutkan:
Dikatakan: aktifitas adu domba itu lebih berbahaya dari aktifitas syetan, karena sesungguhnya perbuatan Syetan itu dengan membuat khayalan dan rasa was-was. Sedangkan adu domba itu dilakukan dengan mengobarkan permusuhan dan fitnah. Alloh berfirman: (yang membawa kayu bakar). Mayoritas mufasir menjelaskan bahwa sesungguhnya kayu bakar yang dimaksud adalah perbuatan adu domba. Sesungguhnya penyebutan adu domba dengan kayu bakar karena sesungguhnya adu domba itu menjadi sebab terjadinya permusuhan dan pembunuhan. Hal demikian tentunya hanya mengantarkan masuk ke dalam neraka.
Oleh karena itu, sudah seharusnya umat Islam bersatu padu. Bukankah Allah SWT menyatakan agar kita berpegang Teguh pada agama Allah dan tidak bercerai berai?
Penulis: Ainul Mizan (Peneliti LANSKAP)