LorongKa.com - Di tengah suasana bahagia menyambut hari Maulid Nabi Muhammad SAW, umat Islam diusik dengan penghinaan Nabi yang dilakukan oleh Perancis.
Dikutip dari cnbcindonesia.com, Banyak pihak yang mengecam sikap Presiden Prancis Emmanuel Macron yang membiarkan dan tak akan menarik karikatur Nabi Muhammad yang berbuntut pada pembunuhan seorang guru sejarah dan geografi di pinggiran Paris.
Atas kejadian tersebut berbagai negara muslim melakukan aksi pemboikotan produk asal Perancis. Dikutip kompas.com menyatakan sejumlah asosiasi perdagangan di negara Timur Tengah turut menyerukan boikot produk Perancis. Diantaranya yakni Arab Saudi, Qatar, Kuwait, Aljazair, Sudan, Palestina, dan Maroko.
Mereka berharap aksi boikot produk Perancis akan menjadikan Perancis berhenti dan kapok untuk mengulangi penghinaan tersebut. Namun kenyataannya aksi pemboikotan yang terjadi hanya dilakukan sementara dan tidak memberikan efek signifikan pada sikap dan ekonomi perancis.
Umat Butuh Solusi Kepemimpinan
Penghinaan nabi yang dilakukan oleh Perancis merupakan tindakan yang telah berulang-ulang kali dilakukan oleh orang-orang kafir. Sekitar tahun 1900 an Perancis pernah melakukan penghinaan berupa teater untuk menghina Nabi Muhammad, di tahun 2011 majalah Charlie Hebdo membuat karikatur Nabi Muhammad SAW dan Oktober lalu sampai hari ini aksi tersebut kembali diulangnya.
Mungkin akan ada banyak pertanyaan di benak kita. Mengapa penghinaan kepada nabi terus berulang hingga hari ini?
Aksi penghinaan kepada Nabi merupakan wujud dari islamophobia yang telah menjangkiti masyarakat Eropa. Masyarakat Eropa tidak pernah lupa kepada sejarah mereka dengan Islam dimasa lalu.
Disisi lain masyarakat Eropa adalah orang-orang yang mengemban ide kapitalisme liberal yang tentunya bertentangan dengan ide Islam. Aqidah mereka adalah sekulerisme, memisahkan agama dari kehidupan sehingga wajar mereka menentukan hukum mereka sendiri. Standar penentuan hukum mereka dikembalikan kepada individu asal tidak mengganggu yang lain.
Dengan standar ini masyarakat Eropa tentu saja akan menghargai kebebasan berpendapat, kebebasan beragama, bertingkah laku dan kebebasan untuk memiliki segala sesuatu. Dari sinilah kita bisa mengetahui jawaban atas terjadinya penghinaan nabi yang terus berulang di tanah Eropa padahal banyak kecaman bahkan Usaha diplomasi dan pemboikotan yang dilakukan oleh penguasa muslim dan kaum muslim sendiri.
Tak sampai disitu, benteng kepemimpinan kaum muslim nyatanya telah roboh. Hal ini yang membuat kaum kafir tak pernah takut untuk mengulang aksi melecehkan Nabi dan islam. Kepemimpinan atas seluruh muslim kini kembali kepada kepala negara national state yang menyekat-nyekat kaum muslim dengan batas wilayah teritorial.
Penguasa negeri muslim pun tak punya kuasa besar atas tindakan penghinaan negara-negara maju Eropa seperti Perancis. Mereka lemah karna telah terikat dengan hubungan diplomasi antar negara. Mereka diikat dengan segudang peraturan antar negara yang diatur PBB atau investasi negara.
Umat muslim harusnya mencontoh sikap Abdul Hamid II yang dengan tegas melakukan penekanan pada aksi teater penghinaan nabi oleh Perancis di tahun 1900 an.
Sikapnya yang tegas merupakan perwujudkan konsekuensi ia bermuslim, kecintaannya pada Nabi dan wujud pembelaan seorang pemimpin negara islam. Sikap menyelamatkan kehormatan Utusan Allah dan agamaNya. Inilah sikap pemimpin islam yang hanya lahir pada gemblengan sistem islam. Wallahu A'lam Bishawab.
Penulis: Azrina Fauziah (Pegiat Literasi Komunitas Pena Langit)