Ummu Syam
Abdullah,
Ingatkah engkau ketika
Cinta kita terukir di atas Cakrawala Palestina
Disirami dengan darah para syuhada
Dan air mata para mujahid kecil
Abdullah,
Cinta yang kita miliki
Lebih dari bunga mawar yang berduri
Dan lebih harum dari kasturi
Diolesi minyak perjuangan
Di lengkapi dalam buaian sastra
Abdullah,
Malam itu tidak pernah kurindukan
Sama sekali!
Ketika Deir Yasin menjadi pelengkap lara
Bayonet-bayonet itu
Menjadi duka yang menusuk jantung kita
Ummi...!
Kau ingat suara itu?
Abi...!
Kau lebih hafal suara itu
Teriakan Ali, Rum, dan Rukhnuddin kita
Menjadi penyambut kesyuhadaan mereka
Abdullah,
Dalam kerinduan yang menyesakkan dada
Kubersemayam dalam
Sepertiga malamku
Hatiku terseok-seok
Di antara amarah, dendam dan kerinduan
Sampai kapan?
Kapan ini berakhir?
Menjelma menjadi anekdot
Dalam wujud kamuflase harapan
Yang telah mati
Abdullahku,
Kapankah engkau kembali?
Abdullahku,
Bulan yang terkurung
Jeruji besi Zionis