Rahmawati (Muslimah Kendari)
LorongKa.com - Presiden Joko Widodo meresmikan jembatan Teluk Kendari di Sulawesi Tenggara, Kamis (22/10/2020). Jembatan sepanjang 1,34 km tersebut secara fisik menghubungkan sisi kawasan pelabuhan Kota Lama dengan sisi pulau Bungkutoko di kecamatan Poasia, Kota Kendari, Sulawesi tenggara (Sultra). Seperti diketahui bahwa pembangunan jembatan Teluk Kendari bersumber dari APBN Kementerian PUPR sebesar Rp. 804 miliar melalui skema kontrak tahun jamak (MYC) 2015-2020, berita ini sebagaimana dikutip dari media kompas[dot]com.
Dalam peresmian jembatan teluk kendari tersebut, Jokowi memberikan penjelasan bahwa dengan adanya jembatan ini konektivitas dan pergerakan manusia dan barang menjadi semakin efisien. Selain itu ia menambahkan, “Dengan demikian daya saing Sulawesi Tenggara khususnya Kota Kendari meningkat ditandai dengan tumbuhnya pengembangan usaha-usaha baru,”
Dari peresmian jembatan teluk kendari, Direktur jenderal Bina Marga Kementerian PUPR, Hedy Rahadian ikut berkomentar “Sebagaimana amanat Bapak Presiden, jembatan ini dibangun untuk mendukung pengembangan wilayah Kota Kendari bagian selatan dan pulau Bungkutoko yang akan dikembangkan menjadi kawasan permukiman baru yang merupakan pengganti dari kawasan pelabuhan Kota Lama,” katanya dalam keterangan tertulis, Jumat (23/10/2020).
Pembangunan infrastruktur yang sedang gencarnya dibangun dalam negeri nampaknya tidak membawa kesejahteraan. Pasalnya, tidak dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat tetapi hanya orang-orang yang berkepentingan yang berperan utama dan merasakan hasilnya. Ditengah pengadaan infrastuktur tidak mengubah keadaan masyarakat yang hidup di dalamnya. Realitas menjabarkan jika kelaparan dan kemiskinan semakin bertambah.
Di zaman sekarang, kemajuan infrastruktur dalam suatu Negara belum tentu membuat warganya ikut maju. Hal inipun berlaku di Kota Kendari. Seperti dikutip dari laman Inisultra.com, di Kota Kendari terdapat sejumlah masyarakat yang berprofesi sebagai Papalimbang. Yakni, masyarakat yang bekerja membawa perahu untuk mengangkut penumpang yang akan menyeberang Teluk Kendari, dari dermaga Pelabuhan Lapulu ke dermaga Sanggula yang berada di kota lama. Meski jembatan teluk kendari belum beroperasi, namun Papalimbang sudah merasakan dampaknya yaitu menurunnya pendapatan.
Ironis, keadaan masyarakat yang tak berdaya tidak membuat pemerintah bergerak untuk sadar apa sebenarnya peran utama mereka. Pembangunan infrastruktur yang sedemikian canggihnya tidak ikut dirasakan oleh rakyat yang mayoritas di bawah garis kemiskinan. Kepentingan rezim di bawah sistem Kapitalisme hanya memacu mereka untuk menghasilkan sebanyak-banyaknya materi tanpa memperhatikan keadaan rakyat yang dipimpinnya. Tidak dapat dipungkiri, inilah gambaran rusaknya suatu sistem yang berasal dari manusia.
Realitas tersebut seharusnya memberi kita maklumat jika sistem yang bersumber dari manusia hanya menghasilkan banyaknya kerusakan tatkala diterapkan. Ketika dibandingkan dengan sistem yang bersumber dari Sang Pencipta (Allah SWT), yakni Islam akan memberikan fakta yang berbeda jauh.
Saat diterapkan, Islam akan melahirkan rezim yang memiliki rasa tanggungjawab penuh terhadap rakyatnya. Pemimpin terbaik tersebut akan menyediakan infrastruktur tanpa mengabaikan hak-hak rakyat, seperti sandang, pangan, papan, kesehatan maupun pendidikan untuk semua kalangan. Dengan skema ini kebutuhan primer rakyat akan terpenuhi, sedangkan disisi lain pembangunan infrastruktur yang tetap ada akan menunjang aktivitas masyarakat. Fakta yang sangat berbeda dengan saat ini, ketika sistem Demokrasi-Kapitalisme masih diterapkan oleh negara.
Olehnya, telah tiba saatnya bagi kita untuk menggencarkan dakwah kepada masyarakat. Bahwa, satu-satunya sistem yang bisa menyejahterakan rakyat hanyalah bersumber dari Islam semata. Wallahu a’lam.
Penulis: Rahmawati (Muslimah Kendari)