Saima (Mahasiswi UIN Alauddin Makassar)
LorongKa.com - Pada dasarnya pemerintah menganggap bahwa vaksin adalah solusi namun faktanya tidak demikian, dimana vaksin itu berasal dari China dan tidak ada satupun negara yang mau memakainya termasuk negara pembuat vaksin. Manfaat vaksin China tersebut belum jelas, namun Indonesia paling berani. Kita bagaikan bahan uji coba bagi mereka, kita seperti dibodoh-bodohi oleh mereka orang China karena memang keterikatan hutang piutang.
Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN) menyebut waktu kritis akan berlangsung sampai Desember 2020. Oleh karena itu, jangan sampai ada lonjakan kasus secara ekstrem sebelum proses vaksinasi. Critical time-nya adalah tiga bulan (sampai Desember 2020). Jangan sampai ada lonjakan ekstrim dan kondisi tidak normal, sebelum vaksinasi mulai dilakukan, ungkap Ketua KPC-PEN Airlangga Hartarto (18/9/2020).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan terkait pengadaan vaksin, sudah ada rancangan Peraturan Presiden tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi yang akan mengatur secara lengkap proses pengadaan, pembelian dan distribusi vaksin, serta pelaksanaan vaksinasi/ pemberian imunisasi (m.bisnis.com).
Kita sama-sama tahu bahwa kondisi ekonomi selama masa pandemi itu menurun drastis, sehingga mau tidak mau hutang negara kita sama negara lain makin membekak, termasuk dengan orang China, sehingga ada penekanan yang terjadi yang mengharuskan kita mengambil vaksin dari China. Bayangkan saja, vaksin sudah di DP 80% bukan lagi namanya di DP tapi dibayar lunas dan ini semua tidak lepas dari politik.
Optimisme para penjabat tidak perlu disampaikan secara vulgar di depan publik karena bisa menjadi bumerang, jangan sampai dengan adanya vaksin ini yang semula untuk penanganan wabah Covid-19 bisa jadi terbalik artinya pemerintah bisa saja menipu dengan hal-hal yang seperti ini, memeras rakyat kemudian mengais keuntungan di atas penderitaan rakyatnya.
Epideimolog Griffith University, Dicky Budiman menyebut situasi pandemi Covid-19 di Indonesia saat ini akan memasuki masa kritis. Langkah pemerintah dalam beberapa waktu ke depan dinilai sangat menentukan nasib rakyat. Kondisi Indonesia saat ini dan dalam 3 sampai 6 bulan ke depan memasuki masa kritis mengingat semua indikator termasuk angka kematian semakin meningkat (tirtod.id, 2/1/2020).
Walaupun sudah ada rancangan oleh pemerintah untuk mengatur secara lengkap proses vaksinasi tersebut, namun keefektifan vaksin itu tidak menjamin kita bisa terhindar dari Covid-19, yang katanya vaksin sebagai pelindung atau penjaga imunitas tubuh. Namun, malah sebaliknya ditakuti oleh masyarakat apalagi masyarakat yang awam mereka bahkan melarang anak-anaknya sekolah agar tidak disuntik oleh vaksin tersebut dan bahkan juga mereka bersembunyi untuk menghindari suntikkan vaksin.
Ketidakpercayaaan mereka yang ambyar terhadap pemerintah terkait penanganan wabah Covid-19 yang sedari dulu sampai sekarang angka kematian karena Covid-19 semakin meningkat. Itu artinya pemerintah tidak benar-benar serius dalam hal ini, pemerintah lebih menseriuskan keuntungan ketimbang kemaslahatan bagi umat. Ini semua pun tidak lepas dari sistem, sistem kapitalis-sekuler yang ada saat ini secara perlahan menjadi penyebab kerusakan yang ada.
Berbeda dengan sistem Islam untuk mengatasi covid-19 kita senantiasa selalu mendekatkan diri kepada Allah dan mengharapkan perlindungan dari-Nya sebab itulah cara yang paling ampuh menghadapi Covid-19 ini. Juga ikhtiar yang dilakukan rakyat-pemimpin mencegah atau meminimalisir pandemi.
Sekitar 14 abad yang lalu Rasulullah Saw., baik melalui ucapan maupun teladan langsung dari Nabi Muhammad Saw. Tujuanya agar umat manusia menjadi orang yang sehat dan kuat, baik jasmani maupun rohani. Dalam sebuah hadits disebutkan: “Seorang Mukmin yang kuat (fisik, mental, jiwa, dan raga) lebih baik dan lebih dicintai Allah dari pada seorang mukmin yang lemah, dan pada keduanya ada kebaikan.” (HR. Muslim).
Kemudian atas bimbingan Allah Swt. Nabi Muhammad selalu mengingatkan umatnya untuk senantiasa menjaga kebersihan. Dengan cara, kita bisa aktif melakukan aktivitas membersihkan diri dan lingkungan sekitar agar tetap bersih dan bisa juga dengan cara pasif, yakni tidak mengotori lingkungan sekitar dengan cara berdiam diri.
Ketika menghadapi wabah penyakit yang mematikan, Rasulullah Saw. mengingatkan, "Tha'un (wabah penyakit menular) adalah suatu peringatan dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala untuk menguji hamba-hamba-Nya dari kalangan manusia. Maka, apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari darinya." (HR. Bukhari dan Muslim dari Usamah bin Zaid).
Rasulullah juga menganjurkan untuk isolasi bagi yang sedang sakit dengan yang sehat agar penyakit yang dialaminya tidak menular kepada yang lain. Hadits lainnya yang berbunyi "Janganlah yang sakit dicampurbaurkan dengan yang sehat." (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah). Dengan demikian, penyebaran wabah penyakit menular dapat dicegah dan diminimalisasi.
Dalam sistem Islam sudah dijelaskan sedemikian rinci terkait penanganan wabah penyakit menular, dan tentu tidak ada keraguan di dalamnya. Maka sudah saatnya kita mengambil sistem Islam untuk diterapkan secara Kaffah dalam kehidupan. Agar Islam sebagai Rahmatan Lil Alamiin bisa kita rasakan. Wallahu a'lam.
Penulis: Saima (Mahasiswi UIN Alauddin Makassar)