Dian Anjarwati (Pegiat SMES Malang) |
LorongKa.com - Sudah menjadi rahasia umum memasuki bulan Februari nuansa yang dirasakan adalah serba merah muda. Berbagai macam ornamen melambangkan kasih sayang menghiasi toko-toko. Penjualan boneka, bunga dan coklat sebagai lambang perayaan bulan Februari ini laris manis. Hal ini sangat menarik perhatian bagi semua kalangan, karena yang tertarik turut merayakannyapun tidak dari anak muda saja. Begitulah istimewanya bulan ini, Februari bulan cinta dan kasih sayang.
Hari kasih sayang yang ada dikalangan masyarakat ini, pastinya membawa banyak pro dan kontra. Ada suara yang menyatakan kalau hal ini wajar, karena memang _special_ dan harus ditandai oleh sesuatu. Ada juga yang mengatakan kalau tidak perlu ada hari khusus untuk menyampaikan sayang, bahkan setiap haripun layak untuk dijadikan hari berkasih sayang. Dari beragamnya pendapat dimasyarakat ini, tentunya animo masyarakat masih ada yang ingin merayakan. Hal ini bisa meresahkan karena saat ini masih pandemi, dimana kita harus mengurangi kerumunan sebagai upaya pencegahan tersebarnya covid-19.
Seperti yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya yang menerbitkan surat edaran mengantisipasi event valentine pada 14 Februari. Surat edaran dengan Nomor 443/1307/436.8.4/2021, itu ditujukan kepada camat, lurah, pengelola hotel, pusat perbelanjaan/mal, tempat wisata, apartemen, dan area publik lain di Kota Surabaya. Ditandatangani Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana, SE tersebut dimaksudkan untuk menjaga ketenteraman dan ketertiban. Atas keterangan dari tiga poin tersebut, Pemerintah Kota Surabaya menghentikan sementara semua kegiatan di fasilitas umum dan kegiatan sosial budaya yang dapat menimbulkan kerumunan.
”Selanjutnya, agar tidak mengizinkan penyelenggaraan dan/atau menyelenggarakan kegiatan pesta/hajatan/pameran dalam event valentine atau kegiatan sosial budaya lain yang berpotensi menimbulkan kerumunan guna mencegah penyebaran Covid-19 di wilayah masing-masing,” ucap Whisnu.
Ketika dikonfirmasi, Kepala BPB Linmas sekaligus Sekretaris Satgas Covid-19 Surabaya Irvan Widyanto menyatakan, surat edaran tersebut merupakan antisipasi untuk pencegahan kerumunan. Larangan seluruh kegiatan pesta atau perayaan apa pun yang digelar pada tanggal 14, karena berpotensi menimbulkan kerumunan.
”Iya betul, surat edaran tersebut agar tidak ada perayaan yang menimbulkan kerumunan. Biasanya hotel dan restoran membuat paket-paket valentine, sementara jangan dulu,” tutur Irvan. (www.jawapos.com)
Tak Bernilai Cinta
Sudah banyak media yang mengulas bagaimana asal dari perayaan valentine ini dan bisa jadi sudah hafal diluar kepala. Tapi jika tetap mengikutinya apalagi dia adalah seorang muslim itulah yang semakin membuat miris. Jelas sekali apa yang dilakukan seorang muslim itu seharusnya sejalan dengan aqidahnya. Tapi mengapa saat ini banyak yang melalukan sesuatu yang tidak diajarkan oleh Islam? Tidak lain karena masih berpengaruh kuat dalam diri kaum muslim aqidah memisahkan agama dari kehidupan.
Hal ini sangat disayangkan jika tidak segera disadari oleh kaum muslim. Mereka akan terjebak dalam aqidah yang salah dan beramal tanpa aturan dari Allah SWT. Lebih lanjut lagi kaum muslim menjadi pasar bagi ide-ide dan produk para Kapitalis yang ingin meraup keuntungan besar pada moment tertentu yang jelas bukan dari Islam, tapi dikenalkan dan dijadikan perayaan tahunan. Hasilnya perayaan tahunan bulan Februari ini yang katanya hari kasih sayang, menjadi tak bernilai lantaran asalnya bukan dari aqidah Islam. Sebagai muslim pantang mengikuti budaya selain dari Islam.
Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun, -pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.”
Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:
“Keserupaan dalam perkara lahiriyah bisa berpengaruh pada keserupaan dalam akhlak dan amalan. Oleh karena itu, kita dilarang tasyabbuh dengan orang kafir.”
Dan Allah SWT menyatakannya dalam Al Qur'an Surah Al-Isra' Ayat 36:
"Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya."
Itulah yang menjadi dasar kita seharusnya tidak ikut dalam berbagai perayaan jelas bukan dari Islam. Setiap muslim akan dimintai pertanggungjawab an atas yang dilakukannya nanti di akhirat. Semoga bisa lebih menguatkan kita bersama.
Pejuang Cinta Mulia
Dalam kitab Min Muqowwimat Nafsiyah Islamiyah disebutkan cinta karena Allah adalah mencintai hamba Allah karena keimanannya kepada Allah dan ketaatan pada-Nya. Karenanya mencintai orang-orang beriman yang senantiasa taat kepada Allah sangat besar pahalanya. Bahkan Rasulullah SAW. menunjukkan besarnya pahala saling mencintai melalui sabda beliau, "Belum sempurna keimanan kalian hingga kalian saling mencintai,"
Salah satu hak muslim atas muslim lainnya dimana akan mendapatkan pahala besar adalah apabila ada yang meminta nasihat maka berikanlah nasihat padanya. Saling menasihati sesama muslim artinya adalah bukti cinta kita pada saudara sesama muslimah lainnya. Maka wajar ketika saat ini banyak kedzaliman terjadi, kemaksiatan merajalela, kerusakan alam dimana-mana, dan masih banyak lagi kejadian yang menimpa umat akibat tidak beriman dan taat pada Syariat Allah, wajib bagi tiap muslim saling mengingatkan agar kembali pada hukum Allah.
Setiap muslim adalah pejuang cinta. Kecintaan kita pada sesama muslim karena Allah inilah yang menjadikan kita senantiasa berpegang teguh pada tali agama Allah. Tidak akan membiarkan saudara muslimnya terjerat dalam sistem kufur buatan manusia. Mereka akan saling menguatkan dalam cinta mereka demi tegaknya Syariat Allah dimuka bumi ini. Inilah jalan mulia cinta para pejuang. Wallahu'alam.
Penulis: Dian Anjarwati (Pegiat SMES Malang).