Abi Priambudi |
LorongKa.com - Hampir setahun, pandemi masuk menghiasi hiruk pikuk kehidupan masyarakat. Dampak dari pandemi dirasakan oleh setiap orang tanpa terkecuali. Penyebaran virus yang begitu massif, kian membuat masyarakat gundah gulana terhadap realitas sosial yang harus dihadapinya, ketidaksiapan menjadi faktor krusial yang mengakibatkan masyarakat mengalami culture shock.
Gemparnya diawali dengan kepanikan masyarakat Wuhan, China yang kabur-kaburan tatkala virus ini pertama kali ditemukan. Dalam perkembangannya, beragam respon ditemui di masyarakat. Respon-respon yang seolah memberi sinyal pertanda bahwa negeri bahkan dunia sedang tidak baik-baik saja.
Misalnya saja, kala para pemangku kebijakan cenderung “meremehkan” virus ini dengan kalimat pemanis yang diutarakan ke ruang publik. Kalimat manis tersebut membuat masyarakat sedikit tenang di bulan-bulan pertama maraknya pembicaraan mengenai virus covid-19. Namun langsung panik seketika, saat mengetahui penyebarannya sudah sampai di negera Indonesia.
Selain itu, adapula respon dari masyarakat berupa kutukan-kutukan terhadap negara asal pertama covid-19 pertama ditemukan, bahkan ada yang sangkutpautkan dengan beragam teori konspirasi yang beredar. Hingga konspirasi yang sempat ramai diperbincangkan adalah desas-desus mengenai “virus bagian dari skenario sebagian oknum”.
Namun tetap saja, pandemi ini tetap hadir dan membuat perubahan sosial secara signifikan. Sebagian masyarakat pun turut heran menyikapi kebijakan para pemangku kepentingan, karena beberapa kebijakan dinilai simpang siur dan berubah-ubah, alias tidak konsisten. Akan tetapi, dapat dimaklumi, karena pandemi covid-19 ini perdana dan belum mampu dideteksi dengan sigap.
Dampak signifikan
Dampak dari pandemi memberikan perubahan tersendiri di tengah masyarakat. Adanya transformasi pola maupun kultur mengakibatkan masyarakat dipaksa beradaptasi dengan situasi dan keadaan yang baru. Misalnya saja, segala kegiatan yang rutin dilakukan secara langsung atau tatap muka, kini terhalang oleh regulasi yang begitu ketat.
Perubahan sosial disinyalir menjadi pilihan terakhir bagi masyarakat, supaya mampu meminimalisir penyebaran virus, hingga menciptakan kesadaran pada masyarakat untuk lebih tertib dan menjaga aspek kesehatan lebih dari baik dari sebelumnya. Maka dari itu, dengan adanya pandemi, tidak selamanya membawa dampak negatif.
Seyogyanya perubahan ini harus kita maknai dengan dampak yang positif. Dengan masyarakat harus lebih bijak lagi dalam menjaga kekebalan tubuhnya melalui gaya hidup yang lebih baik. Diawal malas berolahraga kini menjadi rutin, yang tadinya tak peduli terhadap konsumsi makanan sehat, kini lebih perhatian dalam memilah makanan yang sehat untuk dikonsumsi.
Kemudian ada lagi perubahan sosial yang dinilai berorientasi membuat lingkungan dan masyarakat menjadi lebih baik, seperti gotong royong di lingkup terkecil Rukun Warga (RW) yang lebih rutin, berkurangnya polusi kendaraan bermotor, masyarakat dibiasakan untuk melakukan kegiatan positif di rumah masing-masing, dan yang pasti kegiatan positif mulai tumbuh di masyarakat.
Pun dengan kegiatan belajar mengajar sekolah maupun kuliah yang diinovasikan melalui pembelajaran daring (dalam jaringan). Hal ini sebenarnya banyak mengubah pola dan kebiasaan yang sudah tersistem di gedung sekolah sebelumnya. Banyak kebiasaan baru yang akhirnya bermunculan, seiring dengan perubahan sosial yang begitu cepat ini.
Dari adanya dampak positif pandemi, diharapkan akan menjadi kultur tersendiri yang semoga akan berkembang menjadi lebih baik. Memang tak mampu dipungkiri, bahwa pandemi juga membawa dampak negatif bagi sebagian orang, seperti membuat interaksi dan silahturahmi menjadi terbatas, kegiatan formal sukar dilakukan secara langsung, dan sebagainya.
Juga konon katanya membuat perekonomian dan kesejahteraan sebagian masyarakat menjadi sedikit terganggu. Akan tetapi, dari sekian dampak buruk yang ada, tentunya perubahan sosial akibat pandemi ini, mampu berdampak pada pribadi masing-masing menjadi lebih baik.
Pandemi ini dikatakan mampu memberikan kesadaran kepada masyarakat, khususnya menjaga perilaku, nilai, norma, maupun kearifan lokal lainnya yang telah banyak ditinggalkan. Kearifan lokal yang mulai dilestarikan kembali, seperti pada etika sosial dalam lingkup keluarga, banyak kesenian yang mulai dipertontonkan kembali, pagelaran wayang, dan sebagainya.
Adanya perubahan sosial pun juga menjadi hal yang lumrah dan wajar. Sebab berkaitan dengan sifat atau ciri dari manusia, yaitu dinamis. Juga telah menjadi kehendak dari Tuhan bahwa perubahan memang sudah diatur. Sehingga sebagai hambanya, masyarakat harus selalu bersyukur, tentunya dalam setiap kejadian terdapat sebuah pembelajaran, termasuk perubahan sosial ini.
Perubahan sosial juga merupakan proses alamiah yang dihadapi oleh setiap individu maupun masyarakat secara umum. Pandemi membawa manusia pada suatu perubahan sosial yang secara tidak langsung menyebabkan banyak bergesernya pola kehidupan baru. Adapun perubahan ini lebih banyak berdampak pada hal negatif atau positif, itu menjadi hak kita dalam menentukannya.
Penulis: Abi Priambudi.