KH. Ishak Farid
LorongKa.com - KH. Ishaq Farid atau sering disebut Apa Ishaq ("Apa" adalah panggilan untuk seorang kyai besar di daerah Sunda agar terdengar lebih akrab, ta'dzim dan hangat dari para santri ataupun orang-orang yang menimba ilmu kepadanya) adalah salah satu putra pendiri sekaligus penerus dari Pondok Pesantren tertua di Tasikmalaya tepatanya di Pondok Pesantren Cintawana yang beralamat di Jl. Garut - Tasikmalaya, Cikunten, Kec. Singaparna, Tasikmalaya, Jawa Barat.
Beliau lahir pada tahun 1924 M, mempunyai istri bernama Ibu Hj. Pipin Sofiah, yang kemudian memiliki 15 orang anak yang hidup sampai saat ini di antaranya adalah Ibu Didah Saidah, Ibu Elis, Asep Ahmad Suja'i, Yoyoh Joharoh, Ahmad Syafii, Dani Khoerudin, Agus Salim Ridwan, Helmy Mutahhar, Yudi Baiquni dan Neng Rina.
Pada saat kepemimpinan pesantren dipegang oleh beliau, Pesantren Cintawana mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Atas ide beliau, menjadikan Pesantren Cintawana sebagai salah satu pesantren yang sangat berpengaruh di Indonesia khususnya di wilayah Jawa Barat.
Apa Ishaq dikenal sebagai ulama yang sangat cerdas dalam berbagai macam bidang agama, seperti ilmu nahwu shorof, tafsir qur'an, ilmu balaghoh serta ilmu haditsnya. Selain itu Allah ta'ala memberikan karunia yang luar biasa kepada beliau salah satunya yaitu mempunyai daya hafal dan ingatan di atas rata-rata teman seumuran beliau. Bahkan dalam waktu singkat beliau mampu menghabiskan kitab yang berjilid tebal, lalu jika ditanya tentang isi dari kitab tersebut beliau mampu menerangkannya bahkan sampai hafal urutan halamannya secara detail. Mengapa seperti itu? Karena beliau ketika usia belasan tahun sudah menguasai berbagai keilmuan, tetapi kepandaian yang dimiliki dalam berbagai hal tidak membuat Apa Ishaq besar kepala, bahkan kepandaian beliau berbanding lurus dengan kerendahan hatinya, itulah sebabnya beliau sangat dikagumi dan dihormati oleh masyarakat, bahkan Kyai Toha (ayahandanya) sering meminta beliau untuk menggantikan posisi mengajar di pesantrennya,
Saking kuatnya daya baca beliau, Apa Ishaq bahkan hanya sering meluangkan 2 jam saja untuk istirahat tidur, selebihnya beliau gunakan untuk muthola'ah kitab dan mengajar para santrinya.
Tidak sampai disitu, beliau dikenal pula sebagai kyai yang sangat berpengaruh di wilayah Jawa Barat. Pernah suatu ketika di daerah Tasikmalaya terjadi perdebatan karena perbedaan pendapat madzhab dan beliau mendapat rujukan untuk hadir sebagai penengah, kemudian beliau mengutarakan pendapatnya dan akhirnya di terima dan situasi kembali hangat dan kondusif. Selain hobi membaca beliau pun sangat senang sekali bertadabbur alam ke daerah pantai ataupun ke laut.
Yang selalu diingat, Apa Ishaq selalu mengajarkan kepada santrinya agar selalu menjadi seseorang yang tidak mudah marah dan penyanyang. Begitupun beliau praktekkan kepada istrinya dan anak-anaknya, bahkan mimih pun (panggilan akrab santri nya kepada istri beliau) tidak pernah sekalipun marah dan selalu menyayanginya dengan penuh kehangatan.
Namun pada tahun 1987 M, Tasikmalaya kehilangan sosok ulama kharismatik yaitu berpulangnya beliau ke rahmatulloh. Ribuan umat dari berbagai penjuru masyarakat memenuhi lingkungan komplek pesantren cintawana karena sangat ingin mengantarkan beliau ke tempat terakhir serta ingin mendapatkan keberkahan dari beliau tentunya.
Penulis: Sania Sukmawati (Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam, Universitas Sains Al-Qur'an)