LorongKa.com - Baru-baru ini Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar mengirimkan surat resmi kepada kepala desa, pendamping desa dan warga desa untuk menggelar doa bersama. Dalam surat resmi tersebut, Halim mengimbau agar seluruh pihak melakukan doa bersama sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Adapun doa ini dilakukan guna menyikapi kondisi melonjaknya angka COVID-19 di Indonesia. (Detiknews, 2/07/2021)
Kita ketahui bersama bahwa pandemi Covid-19 di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Hal ini terlihat dari penambahan kasus harian, angka kematian dan kasus aktif yang meningkat signifikan. Berdasarkan data yang dihimpun pemerintah hingga Senin (5/7/2021) pukul 12.00 WIB menunjukkan, ada penambahan 29.745 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir. Angka ini merupakan penambahan kasus harian tertinggi sejak pandemi Covid-19 terjadi di Indonesia. (Kompas.com, 5/7/2021)
Apakah doa bisa mengatasi wabah?
Berdoa menjadi salah satu aktivitas yang lumrah kita lakukan ketika kita sedang dalam kesulitan. Saat kita merasa lemah, merasa butuh pertolongan Tuhan, maka kita akan memanjatkan doa kepada-Nya. Berdoa juga merupakan pemenuhan dari naluri manusia yaitu naluri ketuhanan (tadayyun). Maka sangat wajar jika manusia, tanpa disuruh sekalipun, akan bersimpuh memohon kepada Tuhan agar Tuhan menolongnya.
Hanya saja, doa bukan lah sebab yang membuat sesuatu itu terwujud. Berdoa hanya bentuk kebutuhan kita akan pertolongan Tuhan, kesadaran kita akan kelemahan kita sebagai manusia. Untuk mewujudkan cita-cita atau keinginan kita, tidak cukup hny berdoa, butuh upaya untuk mewujudkan keinginan kita dengan amal nyata yang benar.
Begitu juga dengan keinginan kita agar wabah Covid-19 ini segera usai. Maka, sembari kita berdoa, harus ada amal nyata yang dilakukan secara bersama-sama, tepat dan konsisten yang akan menyebabkan pandemi ini segera berakhir. Terutama amal nyata Negara sebagai pemangku kebijakan yang mempunyai tanggung jawab untuk menyelamatkan rakyat dari ancaman wabah ini.
Negara kita saat ini sedang memberlakukan PPKM Darurat terhitung dari 3 Juli hingga 20 Juli 2021. Selama PPKM Darurat ini berlangsung, maka segala aktivitas masyarakat dibatasi dalam rangka menghambat dan menghentikan laju penularan Covid-19. Hanya saja banyak yang menilai, PPKM Darurat ini tidak akan efektif.
Anggota DPR RI, Saleh Partaonan Daulay mempertanyakan mengapa pemerintah tidak mau mencoba kebijakan karantina wilayah atau "lockdown" total. Anggota Komisi IX DPR RI itu mengatakan, ada banyak kalangan yang menilai kebijakan yang diambil pemerintah cenderung hanya berganti nama dan istilah namun pada tataran praktis, kebijakan itu tidak mampu menjawab persoalan yang ada. (merdeka.com, 1/7/2021)
Jika kita cermati, PPKM Darurat yang pemerintah canangkan ini, masih diwarnai dengan inkonsistensi kebijakan. Segala aktivitas masyarakat dibatasi, pusat perdagangan/perbelanjaan ditutup, tempat ibadah ditutup, tetapi Pelaksanaan pembanguan konstruksi tetap beroperasi 100%.
Di Yogyakarta misalnya, Satpol PP Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menutup 269 tempat usaha non-esensial yang nekat buka saat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat. (deticnews, 5/7/2021). Di waktu yang sama, pemerintah justru mendatangkan TKA China ke Indonesia. Sebanyak 20 tenaga kerja asing dari China tiba di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Sabtu (3/7) malam. (CNN Indonesia, 4/7/2021)
Kedatangan pekerja asal China tersebut menjadi sorotan masyarakat lantaran saat ini pemerintah tengah menerapkan PPKM Darurat Jawa-Bali untuk menekan laju penyebaran covid-19.
Upaya penyekatan jalan Daan-Mogot Tangerang-Jakarta selama PPKM ini berlangsung, pun justru memicu kemacetan panjang. Pelaksanaan vaksin masal pun, memicu kerumunan banyak orang. Warga antri berdesak desak kan untuk mendapatkan vaksinasi. Protokol kesehatan pun dilanggar.
Semua hal ini menunjukkan belum adanya upaya yang serius, komprehensif dan konsisten yang dilakukan pemerintah dalam menyelesaikan pandemi ini. Masyarakat dihimbau untuk berdoa, tetapi jika upaya pemerintah dalam penanganan pandemi ini masih saja diwarnai inkonsistensi, maka mustahil pandemi akan segera berakhir.
Ajaran Islam Menghadapi Pandemi
Kita semua menyakini bahwa segala hal yang terjadi di dunia ini, baik ataupun buruk, semuanya terjadi atas izin Allah SWT. Begitu juga dengan wabah ini. Wabah adalah hal buruk yang Allah berikan kepada kita. Sebagai seorang yang beriman, sudah seharusnya kita menyikapi musibah ini dengan penuh kesabaran dan doa.
Berdoa adalah pengakuan bahwa manusia butuh pertolongan Allah dalam menghadapi wabah. Hal ini harus disadari oleh seluruh masyarakat dan pemerintah sebagai pemangku kebijakan, bahwa wabah ini adalah peringatan dari Allah atas kelalaian dan kemaksiatan manusia selama ini. Jika benar memohon pertolongan Allah, semestinya tidak hanya berdoa, namun juga taubatan nasuha seluruh masyarakat dan pemerintah, dengan kembali kepada hukum Allah secara kaffah.
Ketika menghadapi wabah penyakit yang mematikan, Rasulullah SAW mengingatkan, "Tha'un (wabah penyakit menular) adalah suatu peringatan dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala untuk menguji hamba-hamba-Nya dari kalangan manusia. Maka, apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari darinya." (HR Bukhari dan Muslim dari Usamah bin Zaid).
Rasulullah juga menganjurkan untuk isolasi bagi yang sedang sakit dengan yang sehat agar penyakit yang dialaminya tidak menular kepada yang lain. Hal ini sebagaimana hadis: "Janganlah yang sakit dicampurbaurkan dengan yang sehat." (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah). Dengan demikian, penyebaran wabah penyakit menular dapat dicegah dan diminimalisasi.
Selama pelaksanaan karantina, maka pemerintah menjamin segala kebutuhan pokok masyarakat dan memastikan distribusi kebutuhan pokok terjadi secara merata. Prioritas anggaran Negara harus dialokasikan kepada penanganan wabah.
Berkaca dari tauladan Nabi Muhammad saw dalam mengatasi wabah, maka solusi "lockdown" dan isolasi adalah solusi yang tepat. Wabah hanya bisa dikendalikan dengan "lockdown" (karantina) yang sebenarnya sudah dicontohkan oleh Rasulullah saw 14 abad yang lalu. Bahkan solusi lockdown juga direkomendasikan oleh berbagai ahli dalam penanganan wabah. Beberapa negara di dunia pun menerapkan "lockdown" di Negara nya dan terbukti berhasil.
Maka, marilah benar-benar kita berdoa dan melakukan taubatan nasuha agar Allah segera memberikan pertolongan kepada kita. Islam yang mempunyai aturan sempurna dalam penanganan wabah, sudah selayaknya kita jadikan tauladan. Selain ini adalah solusi terbaik, ini juga bentuk ketundukkan kita kepada Allah SWT.
Penulis: Marginingsih, S.Pd (Guru Peduli Negeri)