Fina Fatimah (Anggota Ksatria Aksara Bandung) |
LorongKa.com - Tak semua luka tampak di permukaan, ada sebuah luka yang tersembunyi hingga pemilik luka tersebut cenderung tidak menyadari bahwa dirinya memiliki sebuah luka yang mungkin masih menganga yang seharusnya dibasuh dan disembuhkan. Inner Child istilahnya, sesosok anak kecil yang bersembunyi dalam diri orang dewasa, yang membawa luka tak kasat mata, namun dampaknya luar biasa.
Luka Pengasuhan
Inner child ini adalah memori pahit yang didapatkan seseorang sejak dirinya masih dalam kandungan hingga menginjak usia sebelum aqil baligh. Seorang anak yang saat itu kondisi otaknya sedang dalam masa berkembang-berkembangnya, lalu baik sengaja maupun tidak ia mengalami atau menyaksikan memori tak menyenangkan, kemudian otaknya dengan sigap merekam dan menyimpan memori pahit itu dengan kuat. Setiap hardikan, cibiran, sindiran, pukulan dan segala hal negatif yang ia saksikan atau ia terima akan menghasilkan perasaan negatif seperti merasa tidak dicintai, tidak dipercaya, tersakiti, dan akhirnya terluka. Luka ini lah yang disebut dengan luka pengasuhan, sebuah luka yang ditorehkan oleh orang dewasa disekitarnya.
Letak Inner Child
Meski tak kasat mata, luka tersebut sebenarnya telah menetap dalam sebuah ruang yang kita sebut dengan jiwa bawah sadar. Tak hanya bersembunyi, sesekali atau bahkan sering, luka tersebut menampakkan wujudnya dalam bentuk perasaan, pikiran, dan perilaku negatif. Mampu mempengaruhi seseorang dalam membuat keputusan dan merespon masalah. Terlebih lagi, ia bisa menghambat pengembangan diri sewaktu dewasa karena sifatnya yang sering muncul dan mengambil kendali diri orang dewasa tersebut.
Jiwa atau pikiran manusia memiliki dua sisi. Jiwa sadar (Conscious Mind) dan jiwa bawah sadar (Subconscious Mind). Seperti fenomena gunung es, sebagian kecil dari sisi tersebut tampak di permukaan, namun sebagian besarnya tersembunyi di bawah lautan. Jiwa sadar yang memiliki kekuatan sepuluh persen nampak di permukaan, namun jiwa bawah sadarlah yang mendominasi dengan kekuatan sembilan puluh persen tetapi letaknya jauh tersembunyi di bawah sana. Oleh karena itu jika jiwa sadar seseorang tidak sejalan dengan jiwa bawah sadarnya, maka jiwa sadarlah yang akan kalah. Untuk membasuh dan menyembuhkan inner child ini, jiwa sadar perlu berdamai dengan jiwa bawah sadar tersebut.
Inner Child, Basuh? atau Abaikan?
Sejatinya Allah menciptakan manusia dengan luar biasa. Di dalam otak manusia terdapat 100 milyar sel neuron (sel otak) dimana kecanggihan satu sel neuron tersebut diibaratkan sebuah komputer tercanggih pada masanya. Semakin muda generasi, semakin canggih otaknya. Otaknya lebih cepat menampung memori dan lebih banyak penampungannya.
Sel neuron tersebut akan terhubung satu sama lain apabila seseorang menerima memori. Semakin intens memori tersebut atau semakin sedih, marah, kesal atau bahagia memorinya, maka semakin kuat pula sambungan antar sel otak tersebut. Yang mendominasi manusia saat dalam kondisi tersebut adalah otak emosi yang terletak di bawah otak besar. Saat emosi yang disebabkan inner child seseorang mendominasi, otak tersebut akan membesar untuk sementara dan memblokir otak frontal yang berperan penting dalam mengendalikan gerakan tubuh, menilai, merencanakan sesuatu, memecahkan masalah, serta mengatur emosi dan pengendalian diri. Oleh karena itu banyak pemilik inner child yang sulit mengatur emosinya.
Dan bahayanya lagi, apabila memori-memori negatif tersebut sudah turun dari otak melalui sistem saraf menuju ke jantung (Qalbu) kemudian dipompa ke seluruh tubuh. Jika apa yang diterima oleh qalbu kita kebanyakan hal-hal negatif maka qalbu akan menjadi negatif dan perilaku kita akan menjadi negatif pula.
Sedangkan qalbu adalah aset utama manusia, seperti dalam suatu hadits disebutkan:
“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).
Memulihkan Inner Child
Meski inner child tidak bisa sepenuhnya hilang dari memori, namun ada beberapa cara untuk memulihkannya. Berikut cara-cara yang disampaikan dr. Aisyah Dahlan dalam salah satu webinarnya, diantaranya:
Shalat. Ketika seseorang shalat, ada perubahan gelombang dalam otaknya. Yang semula gelombang otak seseorang ada di fase tegang (gelombang beta) akan menurun menjadi gelombang alfa. Pada gelombang ini lah kesempatan kita untuk bicara kepada alam bawah sadar melalui doa-doa yang kita lafadzkan saat shalat. Hanya saja banyak manusia yang lalai dan terburu-buru dalam shalatnya, sehingga sedikit doa yang masuk kedalam jiwa bawah sadarnya itu.
Menyadari adanya inner child. Untuk menyadari keberadaan inner child dalam diri kita, maka kita perlu mengetahui bahwa inner child adalah sosok anak kecil dalam diri yang masih terluka. Oleh karena itu cobalah mengunjungi masa lalu yang menyakitkan, meski tidak mudah. Jangan mencoba mengubur masa lalu tanpa berusaha memulihkannya. Hal tersebut akan membuat inner child semakin mendominasi kita.
Jalin komunikasi dengan inner child. Sisihkan waktu setiap harinya untuk berdialog dengan "sosok anak kecil" dalam diri kita. Bisa dimulai dengan mengambil wudhu terlebih dahulu, kemudian membaca taawudz dan basmalah agar terhindar dari bisikan setan yang malah bisa membuat kita membenci orang tua kita. Minta izin kepada Allah untuk bisa berbicara kepada sosok kecil kita.
Setelah itu kita bujuk sosok kecil kita, bayangkan kita tengah berhadapan dengan sosok yang terluka itu. Tanya kabarnya, beritahu dia bahwa kita siap mendengarkannya dan akan terus bersamanya. Selanjutnya bisa kita ucapkan kalimat-kalimat suportif kepada sosok yang terluka itu, bahwa kita mencintainya, bahwa itu bukan salahnya, dan bahwa dia itu berharga bagi kita. Minta maaflah padanya yang sejatinya adalah diri kita sendiri. Maafkan karena selama ini telah menyangkalnya dan mengabaikan perasaannya.
Intinya disini adalah dengan memaafkan diri secara detail dan spesifik. Istilahnya adalah berdamai dengan diri dan merangkul rasa marah dan sedih. Biarkan air mata membasuh luka yang sudah kita timbun dan abaikan. Namun, agar semakin bermakna maka perlu diiringi dengan istighfar yang berulang-ulang.Hingga terasa inner child kita memeluk kita dan kita memeluk dia.
Penulis: Fina Fatimah (Anggota Ksatria Aksara Bandung)