PUISI, Lorongka.com- Spontan aku teriak pada langit yang membiru. Mengapa ada luka dari bekas raut wajah berseri, myatanya gula hanya sekedar perasa.
Hati gelisah bagai perut kosong.
Bersorak melantang namun balasan hanya acuan.
Mata berkaca keringat bercucuran berharap ada kasih dari yang kuasa, namun apalah daya mereka kerap pura-pura bisu dan tak mendengar. Sudahlah momen ini sudah sering terjadi.
Sudahilah, pulanglah dulu meneguk segelas air, bahkan kopi jika ada namun jangan runtuhkan suaramu untuk bersua kembali.
Sebab yang tak adil.
Perlulah kau adili.
Hidup memang sekali, namun kebaikan-kebaikan yang pernah kau suarakan akan tetap abadi.
Meski hanya sedikit yang mengenali.
Karna hidup bukan untuk dikenali, melainkan hiduplah dengan penuh ambisi.
Sekedar menyapa.
Bukan apa-apa.
Salam satu rasa.
Sempat kita berlabuh bersama.
(do not be too serious)
Penulis: Mentari Aprilya