Muhammad Fachrul Hudallah (Founder Literasi Jalanan Kudus)
LorongKa.com - Pada bulan September 2021 jagat film dunia, terutama di Indonesia dihebohkan dengan drama yang berjudul "Squid Game" di netflix. Sandiwara tersebut berasal dari Korea Selatan dengan kisah yang mendramatisir.
Mulanya film ini bercerita tentang kehidupan orang yang miskin secara materil dan terlilit hutang. Mereka yang susah secara ekonomi menjadi sasaran yang strategis bagi founder dan jajaran tim squid game. Aksi nyata untuk mengajak (baca: menjerumuskan), dilaksanakan oleh satu orang utusan dari squid game.
Dia mengajak orang-orang yang menurutnya susah untuk bermain di tempat ramai dan diberikan uang untuk meyakinkan target. Setelah itu, barulah diberikan kartu warna kuning emas yang bergambarkan lingkaran, segitiga, dan segi empat berjajar. Kartu itu ibarat kartu nama untuk menunjukkan kemana harus menghubungi.
Setelah dihubungi, orang yang ingin bermain squid game menunggu tim di samping jalan agar bisa di jemput dan di bawa ke tempat yang akan digunakan untuk bermain. Mereka dibius dulu menggunakan asap agar tidak mengetahui tempat dimana akan dibawa.
Para pemain tercengang setelah tersadar, mereka berada di kasur dan sudah berseragam. Terdata, dari nomor 001 hingga 456. Mereka dihadapkan oleh manusia bertopeng dengan gambar lingkaran, segi empat, dan segitiga yang dilengkapi oleh wearpack berwarna merah.
Setelah dihadapkan oleh manusia bertopeng, mereka juga dikagetkan dengan tempat uang (baca: hadiah) yang akan didapat ketika memenangkan pertandingan sampai ke permainan ke 6 yaitu sebanyak 45,6 miliar won atau setara dengan Rp 549 miliar.
Permainan yang dimainkan mereka diantaranya adalah lampu merah lampu hijau, gulali, tarik tambang, kelereng, menyeberangi jembatan kaca, dan permainan cumi-cumi. Disetiap permainan, pasti ada korbannya yang disisi lain menguntungkan bagi yang menang. Sampai babak terakhir pada permainan cumi-cumi, tersisa dua orang, yaitu Gi Hun dan Cho Sang Woo yang merupakan teman masa kecil. Namun, karena dinamika drama yang sangat kompleks, maka Gi Hun adalah pemenangnya.
Melewati masa ditinggal teman dan sahabat tidak begitu mudah dirasakan oleh Gi Hun. Dia selalu memikirkan nasib teman-temannya dan amanah dari mereka. Gi Hun juga tidak memakai uang itu untuk keperluan dirinya sendiri.
Ketika merenung ditempat yang beralaskan rumput dan terdapat air di pemandangannya, Gi Hun didatangi oleh penjual bunga. Gi Hun menerima pesan untuk bertemu kakek tua 001 di permainan squid game.
Ketika mereka bertemu, Gi Hun sangat jengkel dengan kakek yang bernama Il Nam. Ternyata dia dalang dibalik kematian seluruh orang yang ikut game tersebut. Bagi Il Nam, memiliki banyak uang juga bingung untuk menggunakannya. Maka dari itu, dia ingin bermain seperti masa kecil, yaitu permainan tradisional dengan mengajak banyak orang dengan godaan hadiah yang sangat besar tanpa paksaan.
Melihat hal ini, tampaknya ada dampak negatif yang bisa dipelajari. Pertama, menjadi manusia jangan berambisi dan melakukan segala cara untuk mencapai tujuan, apalagi yang berorientasi pada uang. Kedua, tidak ada hal yang praktis di dunia ini dan semua adalah proses. Ketiga, saling membunuh satu sama lain adalah menunjukkan bahwa sifat kebinatangan masih ada. Kata-kata homo homini lupus sepertinya pantas diucapkan bagi mereka. Keempat, jangan bekerjasama dengan penjahat karena secara naluriah, mereka memiliki sifat jahat yang seketika akan membunuhmu. Kelima, kekayaan yang berlebihan itu tidak baik karena dia telah mengambil rezeki orang lain, oleh sebab itu lebih baik diamalkan.
Bukan hanya dampak negatif, dampak positif adanya film squid game sebetulnya ada secara esensial. Pertama, permainan squid game mengajarkan manusia yang hidup di zaman z agar selalu ingat permainan tradisional dan jangan selalu bermain gadget. Kedua, memperkenalkan permainan tradisional melalui serial drakor seperti squid game merupakan langkah efektif agar banyak orang mengerti beberapa permainan tradisional di zaman dulu. Adanya squid game ini menurut penulis karena sutradara atau tim mengeluh dan ingin mengangkat permainan tradisional. Ketiga, tetaplah berbuat baik seperti Gi Hun karena seseorang yang seperti itu tidak akan merugi walaupun di balas dengan air tuba.
Maka dari itu, literasi bukan hanya dengan buku, film-pun juga bisa. Terdapat beberapa hal yang bisa di lirik dalam film squid game, dari bertahan, menyerang, dan menjaga teman. Namun, di seluruh ceritanya pasti ada darah. Film squid game pantas menjadi lirikan khalayak ramai dan penulis ucapkan terimakasih kepada sutradara karena telah mengenalkan permainan tradisional ke beberapa generasi di masa kontemporer.
Setiap film pasti ada hikmah dan nilainya. Jadi, berliterasi bisa dengan apapun, membaca juga bisa dengan film. Selama seseorang mampu memahami dan mengambil hikmahnya, maka akan menimbulkan nilai tersendiri bagi dirinya.
Penulis: Muhammad Fachrul Hudallah (Founder Literasi Jalanan Kudus)