Ahmad Hidayat |
PUISI, Lorongka.com- Mendayuh riuh ombak hati yang remang remang sunyi bertaut dengan romansa hati.
Aku sudah tidak mau tidak mau tau dengan tawa tawa kekasih yang belum terluka.
Aku sudah tidak menginginkan ketika mereka bercumbu,sebab mencumbu percuma ia hanya angin yang berhembus.
Pernah dulu berkali kali mencumbu tiap kali pertemuan selalu saja ada cumbu selalu saja gaun lepas berkali kali kopiku tidak pernah dingin sebab ia hangat dari nadimu.
Ombak berkali kali menggulung bibir pantai serupa aku yang dulu melumat habis bibirmu kala jeda waktu panjang untuk bersua pecahan suara ombak masih persis sama desahan desahanmu yang mencandui waktuku yang benar benar hanya punyamu!
Mendayuh dayuh suara ombak serupa suaramu kala menyalakan notif ponselku,kian getir saja hati sungguh sungguh aku rasanya mencumbu bibir entah apa warnanya entah apa rasanya sebab semuanya hanya sakit semuanya kenangan yang mematikan empati.
Sinis dengan tawa tawa, sinis dengan romantisme janji janji sebab kata-katamu mengikat hati lalu kau lupa merenggangkannya saat kamu pergi betapa ombak menjanjikan kepastian bahagianya kapal kapal jika berlabuh, berlayar di laut lepas!
Sementara aku terikat sementara aku detik jam kian memakan segala warna warna digeladak kapal tabah mengahadapi karam di pantai.
Mendayuh dayuh suara ombak aku menyimak hanya sunyi, aku asing dengan tawa tawa orang orang.
Aku patah kala menyaksikan kekasih kekasih yg berdatangan tanpa membawa luka luka,tanpa getir mereka membawa perbekalan hasrat berciuman dikedalaman air laut, kepala yang tertidur diselangkangan kekasihnya sambil mata mereka berucap aku sangat mencintaimu meski mereka hanya saling melabuhkan hasrat, menumpahkan hujan untuk dada yang tandus oleh rindu.
Aku menyimak banyak sunyi dari pantai.
Penulis: Ahmad Hidayat