PUISI, Lorongka.com- Pelita di wajahmu kian meredup. Kenapa Tuan?
Sementara kelompok serangga malam meninggalkan purnama untuk menatap wajahmu saja.
Bukankah dulu kamu berucap tidurmu hanya akan pulas jika mendengar mereka bernyanyi dan sendunya embun. Kemana sukmamu hingga meredup pelita dikorne matamu?
Tiap kutemui dirimu di ujung ilalang yang hitam laksana bulu gagak hitam selalu saja ada tetes sisa gerimis sebelum tidurmu.
Tuan jangan merusak kebahagiaan oktober yang sedang menyiksa layunya bunga-bunga dengan hujan dari matamu.
Kemarau jika mematikan kehidupan biarkan saja seluruh harapan mengikut yang pupus tapi jangan hatimu.
Tuan sebelum gerimis itu bermunculan di bukit ranum pipimu purnama tidak akan layak menyunting cahaya pelita dimatamu
Ia hangat dan membakar semangat untuk hidup.
Tuan bahkan jika waktu mengubah segalanya. Pelita di hatimu jangan kamu tiup dengan nafas yg getir.
Nafasmu tidak untuk membuatmu menyerah sebab nafasmu menghidupkan cinta ia mengakar ke keimanan dimana Tuhan sedang menatap menunggu berucap untuk semesta menjadikanmu segala rotasi kehidupan lelaki!
Tuan pelita dihatimu adalah caraku berjalan menuju pencipta untuk memilikimu!
Penulis: Ahmad Hidayat