Zulfikar
PUISI, Lorongka.com- Hari-hari berlalu tanpa makna umur semakin menua namun tak ada yang berubah selain gonggongan cicak di tembok, di lantai, di kursi dan di meja kopi yang semakin besar.
Lalu dalam sendiri sunyi datang membawa pesan mengabarkan tentang tragedi kelam di masanya dan sesat yang kulakukan hari ini bersama kekasih.
Sesat, sesak, retak meremuk tubuh yang sudah tampa roh ini, menginjak kekosongan kepala yang dikeruk oleh ketololan.
Kini aku adalah kesuraman masa depan yang masih berpegang erat pada tajamnya sehelai benang, berpijak pada runcing nya bebatuan,dan tertidur pada dalamnya jurang yang disebut cinta.
Lalu segala pertanyaan datang berkecamuk dalam kepala menyerang dari segala arah tanpa jeda sebab ia bersumber dari jiwa yang resah melihat dirinya sendiri yang terkoyak tak berdaya oleh kepasrahan.
Kini aku hanya merajuk sajak menjadi tombak mencoba melawan koyak yang mengusik, menusuk dada supaya tak ada lagi jantung berdetak hanya karena olokan dari kejamnya sebuh tragedi.
Maka atas segala kau yang menjerit karena perihnya harapan, tersayat tajam nya kenangan, melepuh karena panasnya kegersangan pikiran yang tak berujung. "Pasrahlah dalam kemurnian ikhlas lalu berbenah" karena hidup hanyalah proses menuju baik.
Penulis: Zulfikar