Musim Berikutnya
Riska Widiana
lihatlah pada hari tanpa bunga
ketika musim menggugurkan daun
matahari berlari, bulan telah menjumlahkan diri berulang kali
perubahan mencuri warna bunga-bunga
wajah cuaca menjadi pucat
bibir pagi terasa kelabu, wajah langit abu-abu
setelah puluhan rumah burung roboh
tempat teduh kita telah menjadi gedung yang angkuh
lalu, di mana kenangan kita kawan?
saat suling-suling masa lalu bertiup
melempar tubuh jauh ke masa lampau
kita memunguti serpihan kenangan terserak
di antara sudut zaman yang kelabu
di kepalaku hanya ada hitam putih
untuk membawa ingatan
ke masa pelangi
"simpanlah kawan, barangkali suatu hari kita tidak mendapatkan apa-apa dari pertemuan, tetapi kenangan adalah teman terbaik untuk dipeluk dalam ingat."
ketika musim menggugurkan daun
matahari berlari, bulan telah menjumlahkan diri berulang kali
perubahan mencuri warna bunga-bunga
wajah cuaca menjadi pucat
bibir pagi terasa kelabu, wajah langit abu-abu
setelah puluhan rumah burung roboh
tempat teduh kita telah menjadi gedung yang angkuh
lalu, di mana kenangan kita kawan?
saat suling-suling masa lalu bertiup
melempar tubuh jauh ke masa lampau
kita memunguti serpihan kenangan terserak
di antara sudut zaman yang kelabu
di kepalaku hanya ada hitam putih
untuk membawa ingatan
ke masa pelangi
"simpanlah kawan, barangkali suatu hari kita tidak mendapatkan apa-apa dari pertemuan, tetapi kenangan adalah teman terbaik untuk dipeluk dalam ingat."
Riau, 2022