Syahir
OPINI, Lorongka.Com--- Tak lepas dari Adam sebagai manusia pertama dan Hawa sebagai pasangannya, dan atas izin Tuhan yang telah menghendaki setan untuk masuk di surga melalui perut ular lalu menggoda manusia untuk memakan buah terlarang maka terlemparlah mereka ke bumi lalu sama-sama menjalin rindu di peradaban.
Berawal dari mereka berdua, Adam dan Hawa yang telah bergenerasi di muka bumi lalu kita bisa ada di dunia ini, bentuk salah satu kebesaran Tuhan yang maha kuasa mampu membuktikan eksistensi-Nya.
Manusia sebagai wakil Tuhan di dunia, dengan penciptaannya dari sari tanah, roh sebagai penggerak raganya dan adanya nalar menjadi pembeda dari ciptaan-Nya yang lain.
Ribuan tahun lalu, filsuf Aristoteles juga sudah mengumandangkan ide briliannya bahwa manusia adalah animal rationale sekaligus sebagai homo socius.
Sebagai animal rationale, manusia berbeda daripada makhluk ciptaan lainnya atau makhluk infrahuman karena hanya manusialah yang memiliki akal budi. Sedangkan menurut teori biologi yang dikembangkan oleh Charles Robert Darwin (1800-1882) ia mengemukakan bahwa manusia adalah hasil evolusi dari makhluk hidup yang sangat sederhana yaitu kera tetapi teori Darwin ditolak para ilmuwan dunia karena Darwin tidak dapat membuktikan teorinya secara ilmiah dan argumen-argumen yang dikemukakan hanya berupa dugaan, telah terbantah secara meyakinkan oleh para ilmuan.
Di samping itu, hal yang paling menonjol dalam diri manusia ialah bagaimana ia kemudian tergolong mahluk yang tidak pernah puas atas pencapaiannya. Misalnya, untuk mereka yang tengah sibuk dengan pekerjaannya dengan atas dasar untuk lebih memperkaya diri dan bahkan adapula yang mengeksploitasi diri untuk tampil lebih menarik lagi.
Sebagaimana mahluk hidup yang tentunya punya tujuan dan kebutuhan, seperti burung yang telah membuat sarang di atas pohon dan seperti ikan yang butuh karang untuk menambah kuantitas mereka serta sebagai tempat untuk mereka gunakan dalam bertahan hidup, semuanya relevansi antara satu dengan yang lainnya.
Terkhusus untuk manusia sendiri, kehidupan yang mapan, kebutuhan yang selalu terpenuhi, adalah hal utama yang selalu ingin diwujudkan.
Kembali pada substansinya bahwa tidak ada yang abadi selain pemilik alam jagad raya ini, tentunya tidak ada yang patut untuk disombongkan sebagai ciptaan-Nya. Dan bahkan, nyawa pun hanyalah berupa titipan dan pasti akan final dihadapan-Nya.
Penulis: Syahir (Mahasiswa).