Adriansyah Putra
LorongKa.com - Tepat di Agustus nampaknya menjadi sesuatu yang tak pernah dilupakan oleh warga Negara Indonesia, bulan dimana Proklamasi dikumandangkan dengan lantang oleh Proklamator RI Bung Karno dan Bung Hatta. Bulan dimana kebebasan berdaulat sebagai sebuah Negara dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Yang mana semua diraih dengan tumpahan darah dari ribuan pejuang bangsa yang gugur di medan pertempuran.Pun dengan olah pandang nasionalis dari para pemikir negeri ini.
Jika kita melihat Histori ke belakang, ratusan tahun lamanya bangsa ini pernah dijajah oleh bangsa lain. Diduduki layaknya sampan ditengah samudera, terombang-ambing derasnya ombak peperangan. Atau bisa kita bayangkan bagaimana dahulu negeri kita pernah dikuasai dan ditindas oleh bangsa lain. Sumber daya alam yang melimpah tanpa mampu kita nikmati, atau sumber daya manusia kita yang telah dirampok sedemikian rupa Kalau kita mengingat sejarah bangsa, nampaknya berbagai upaya telah dilakukan oleh para pahlawan kita. Perang fisik dan politik yang kerapkali mengalami kekalahan. Tapi mencoba bangkit kembali untuk merebut kedaulatan.
Para pendiri bangsa ini adalah saksi sejarah bagaimana kemerdekaan bangsa ini direbut dari tangan penjajah bukan hadiah dari Jepang sebagaimana cerita yang selama ini sering kita dengarkan. Anugerah kemerdekaan ini layak dan pantas untuk disyukuri karena diperjuangkan dengan penderitaan dan pengorbanan selama berabad-abad. Dulu para pejuang mengusir penjajah karena merasakan pengalaman dijajah merupakan pengalaman tidak enak dan menderita.
Bangsa Indonesia kembali merayakan kemerdekaan yang ke 77. Sejarah mencatat, kemerdekaan bangsa ini lahir dengan tetesan darah dan keringat para pejuang kemerdekaan. Kita pantas berterima kasih kepada para pahlawan yang mengantar negeri ini pada kemerdekaan bangsanya. Tentu saja bukan sejarah yang pendek karena 350 tahun kita dijajah bangsa Belanda dan 3,5 tahun kita dijajah bangsa Jepang dengan segala penderitaan dan kesengsaraannya. Kini ketika Indonesia memasuki usia ke 77 keadaan bangsa seperti berbalik 180 derajat dengan era perjuangan.
Masa depan bangsa ini dipertaruhkan. Harapan akan masa depan bangsa yang indah sebagaimana diamanatkan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 jangan hanya sebagai Candam Semata. Tentu saja kondisi amat memprihatinkan. Ketika bangsa-bangsa lain tengah mengalami peningkatan dalam segala hal bangsa kita justru dalam keadaan terpuruk. Kemerdekaan yang diperjuangkan para pahlawan seperti tak bergena. Kemerdekaan tak lebih dari sekedar kebebasan yang tanpa batas.
Sejatinya nilai-nilai perjuangan akan senantiasa ada dalam perjalanan manusia. Kendati ruang dan waktunya berbeda, nilai-nilai kejuangan itu bersifat universal, yakni kerelaan berkorban tanpa pamrih bagi sesamanya. Nilai-nilai itu tetap relevan juga pasa masa kini. Sekarang ini, justru kita kesulitan mendapatkan pemimpin dengan kerelaan berkorban, yang ikhlas menjalankan amanat. Di masa lalu kita banyak melahirkan para pahlawan pejuang yang pusaranya ada di makam-makam pahlawan. Sayang kini kita tidak mempunyai sosok yang sama dan menjadi idola anak cucu.
Di usia kemerdekaan ke 77 bangsa ini harus melahirkan pejuang-pejuang baru yang relevan dengan keadaan bangsa ini sekarang. Ketika negara berada dalam kubangan karena krisis, kemiskinan, pengangguran maka diperlukan model kejuangan baru yang lebih relevan. Mereka yang berupaya mengatasi kemiskinan dan kebodohan adalah pejuang. Juga mereka yang berani menyediakan lapangan kerja bagi orang lain adalah pejuang. Juga mereka yang berani memelihara toleransi keagamaan.
Perjuangan para pemuda saat mulai menggelorakan semangat perjuangan dan persatuan dari rentang 1908, 1928, dan mencapai puncaknya pada 17 Agustus 1945, jelas merupakan sikap tanpa pamrih, di tengah cengkeraman kolonialisme yang masih sangat kuat. Itu juga merupakan refleksi dari sifat kenegarawan yakni kerelaan berkorban menyingkirkan kepentingan pribadi dan golongan, tetapi lebih mengedepankan kepentingan bangsa dan negara. Kita saat ini mengalami krisis jiwa patriotisme yang sebenarnya senantiasa menjaman di setiap ruang dan waktu.
Rasa patriotisme kebangsaan harus terus ditanamkan terutama kepada generasi muda. Oleh karena itu kemerdekaan yang kita lakukan sekarang harus diberikan makna yang baru. Orientasi untuk meneguhkan nilai-nilai bersama yang saling menguatkan. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila adalah spirit dan roh kehidupan bersama.Kemerdekaan tidak terletak pada bagaimana merayakan namun hendak kita isi dengan apa kemerdekaan yang telah berhasil diraih ini. Kita memang berhadapan dengan tantangan masa depan yang besar. Kemerdekaan harus terus kita isi dan perjuangkan. Dirgahayu Republik Indonesia ke 77.
Wotu,17 Agustus 2022
Penulis: Adriansyah putra