Yayat |
LorongKa.com - Negara adalah sesuatu yang hadir tidak secara alamiah, melainkan hasil bentukan yang di dalamnya melingkupi rakyat, wilayah, pemerintahan, pengakuan dan lain sebagainya. Namun secara signifikan, bahwa negara di bentuk dan atau didirikan sebagai wadah perlindungan dan perjuangan rakyat untuk sampai pada kehidupan yang lebih baik. Maka dengan lahirnya suatu negara, tugas pokok dan fungsi pemerintahan adalah untuk mengatur sistem kenegaraan, mulai dari ekonomi, politik dan sebagainya. Bukan hanya itu, meskipun pemerintah berpartisipasi dalam pengelolaan roda negara, namun amat sangat dibutuhkan pihak yang mampu untuk menjaga atau mengawasi kerja - kerja pemerintahan misalnya aparat penegak hukum ( APH ) yang tidak lain bergerak atas dasar konsitusi suatu negara. Dilain sisi pula, bukan hanya APH yang berhak melakukan pengawasan, melainkan mereka ( rakyat ) yang tergolong dalam negara tersebut pula mempunyai hak untuk melakukan pengawasan tersebut agar roda negara ( pemerintahan ) tidak berjalan di luar dari tugas pokok dan fungsinya.
Negara Indonesia khususnya adalah Negara yang akan menjadi titik fokus dalam tulisan ini, sebab dalam melihat dinamika yang terjadi pada lingkup Indonesia saat ini, banyak hal atau problem yang tak kunjung terselesaikan. Salah satu diantara banyaknya problem Indonesia, hal yang paling sensitif dan mengetuk rakyat kolektif adalah terkait dengan kenaikan harga bahan bakar minyak. Sudah barang pasti, ketika pemerintah mengeluarkan suatu keputusan, maka ada pihak yang pro dan sebaliknya. Namun, kita saksikan saat ini bahwa yang mendominasi adalah pihak yang kontra atas keputusan pemerintah tentang menaikkan harga BBM. Secara singkat pula bahwa, antara mereka yang pro dan kontra, pastinya mempunya kajian - kajian tersendiri.
Bercermin mulai pada bulan Agustus 2022, bahwa bermunculan isu tentang akan di naikkannya harga bahan bakar minyak bersubsidi. Pada momentum itu pula, nampak dibeberapa daerah melakukan penolakan terkait hal tersebut dengan alasan bahwa ketika harga BBM subsidi di naikkan maka secara otomatis bahan pokok dll juga akan ikut naik dan itu sangat tidak solutif serta meresahkan sejumlah masyarakat Indonesia. Mereka yang turut andil dalam melakukan penolakan dengan cara unjuk rasa atau demonstrasi di beberapa titik jalan trans Indonesia, mulai dari kalangan mahasiswa hingga pada sebagian rakyat Indonesia.
Namun dalam tulisan ini, sedikit mengkritik atas dinamika demonstrasi yang dilakukan tentang penolakan kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi tersebut. Yah, amat sangat mulia niat mereka yang memang melakukan demonstrasi dengan tujuan untuk mengontrol roda kehidupan dalam negara agar lebih baik serta berikhtiar untuk kehidupan yang sejahtera dan berkeadilan, tetapi yang kemudian membuat pandangan saya timpang tindih, adalah bahwa demonstrasi khusus momentum harga BBM ini bahwa seakan-akan mempertontonkan perpecahan perjuangan atau perlawanan yang di lakukan. Stigma - stigma muncul berbagai macam, misalnya mereka hanya cari panggung, ingin di kenal, eksistensi saja, agar di anggap aktivis, bayaran, dan lain sebagainya. Dilain sisi, Pastinya ada yang beranggapan bahwa meskipun demonstrasi yang hadir hari ini adalah sektoral namun tujuan kawan - kawan yang berjuang adalah satu, yaitu harga BBM harus di turunkan.
Namun, sedikit tawaran dalam dinamika demonstrasi kerakyatan, bahwa gerakan - gerakan sektoral mesti untuk kita kesampingkan terlebih dahulu, sebab saya anggap bahwa hal tersebut adalah di pengaruhi oleh egosentrisme. Kenapa tidak untuk kawan - kawan yang memang bersuara di jalananyang menganggap bahwa jalanan adalah mimbar bebas dan wadah perjuangan, itu menginisitif untuk membuat gerakan besar dengan satu komando. Singkatnya bahwa, demonstrasi yang seringkali dilakukan secara sektoral, ayo untuk satukan garis perjuangan, gari komando, misalnya seluruh kampus khususnya di kota Makassar, organisasi gerakan, kelompok, rakyat, dll melakukan konsolidasi bersama - sama agar power yang dihasilkan dalam melangsungkan perjuangan nampak elegan dan one komando. Sebab saya menganggap bahwa ketika rakyat, elemen dll bersatu, maka akan menjadi mimpi buruh bagi tirani kuasa dan atau pemerintah yang tak paham kemanusiaan.
Penulis: Yayat (pasukan komrad dan kader HmI Cab.Gowa Raya)