Risma Musliadi
LorongKa.com - Intensitas hujan yang cukup tinggi membuat sejumlah kota di Indonesia dilanda banjir dan longsor salah satunya wilayah yang mengalami banjir yang cukup parah yakni kota Bogor, Jawa barat. Akibat curah hujan yang mengguyur kota Bogor tepatnya di jalan dalali, seorang pengendara motor terseret aliran air yang begitu deras hingga ke gorong-gorong atau saluran air, peristiwa itu terjadi pada Selasa (11/10/2022).
Dilihat dari peristiwa ini banjir di wilayah wilayah Indonesia bukanlah pertama kali terjadi, hampir tiap tahunnya selalu melanda kota-kota yang ada di Indonesia dan mengakibatkan sejumlah warga meninggal dunia, namun upaya pemerintah tidak kunjung terlihat untuk mengantisipasi banjir yang selalu terjadi tiap tahunya, padahal Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) selalu memberikan peringatan tentang curah hujan yang akan terjadi di wilayah-wilayah Indonesia, namun tidak di indahkan oleh pemerintah yang bertanggung jawab atas kemaslahatan dan kesejahteraan masyarakatnya.
Mereka bahkan memberikan ruang kepada para pemilik modal untuk mengalihfungsikan lahan dengan adanya pembangunan yang eksploitatif serta dapat merusak alam, ini membuktikan bahwa sistem kapitalisme bersifat simbiosis parasitisme dan mencengkeram kaum proletar. Bahkan ketika melakukan upaya pencegahan mitigasi bencana, penanganannya hanya bersifat parsial, tidak menyentuh sampai ke akar permasalahannya atau sekedar pencitraan.
Sangat berbeda dengan sistem Islam yang mengurus setiap permasalahan rakyatnya baik dalam penanganan mitigasi bencana sampai dengan penanganan urusan negara, pemimpin sangat memperhatikan urusan rakyatnya dan mengoptimalkan upayanya dalam pencegahan banjir, sebab tanggung jawabnya bukan hanya di dunia tetapi juga di akhirat kelak.
Upaya ini dapat dilihat ketika masa ke khilafah, dimana pemimpin membangun bendungan-bendungan untuk mencegah terjadinya banjir, di provinsi Khuzestan daerah Iran selatan misalanya, masih berdiri dengan kukuh bendungan-bendungan yang dibangun untuk mencegah banjir dan kepentingan irigasi, diantaranya adalah bendungan shadravan, kanal darian, bendungan jareh, kanal gargar dan bendungan Mizan.
Didekat kota Madina Munawwarah, terdapat bendungan yang bernama Qusyaibah yang dibangun untuk mengatasi banjir di kota Madina, pada masa kekhilafahan Abbasiyah dibangun beberapa bendungan di kota Irak yang hingga kini masih bisa disaksikan dan masih banyak lagi wilayah-wilayah dimasa kekhilafahan bendungan yang dibangun untuk pencegahan irigasi dan banjir, sebab dalam masanya kekhilafahan Islam pemimpin akan memetakan wilayah-wilayah yang rawan terjadi banjir, melarang pembangunan di daerah rawan banjir dan memindahkan penduduk wilayah rawan banjir ketempat yang lebih aman, adapun ketika terjadi banjir di wilayah tertentu khilafah akan menyediakan tempat Yang layak, memberikan fasilitas seperti makanan, pakaian dan obat-obatan serta mengarahkan para alim ulama untuk memberikan tausiyah kepada korban bencana alam agar bisa bersabar, bertawakal dan mengambil pelajaran atas apa yang menimpah mereka sehingga masyarakatnya bisa merasa tenteram.
Inilah kebijakan yang diambil oleh seorang pemimpin dimasa khilafah Islamiyyah untuk mencegah dan mengatasi banjir yang didasari pertimbangan rasional serta mengikuti ketentuan syariat. Terdengar seperti ilusi di sistem kapitalisme namun nyata di sistem Islam. Wallahu a'lam bish shawab
Penulis: Risma Musliadi.