Aris Setyanto
Mendaraskan Kepedihan
jika kau hujan, turunlah
kawan sejatiku adalah semilir
saat kau lahir di bangku ini
air terjun jatuh dari mataku
mengapa wanita itu mangkir?
apakah ia sepertiku?
mendaraskan kepedihan.
Temanggung, 29 Agustus 2022.
Di Dalam Wartel
suara-suara mengundang air mata
ada kepedihan yang runtuh di dalam sana
ada begitu banyak cerita
sementara di luar ruang
orang-orang berbaris dengan menanggung
kerinduan yang tak tertahan
ada yang hilang di balik gelak
rupanya, telah terkuras koin dari sakuku.
Temanggung, 03 September 2022
Hari Ketujuh Kematian
tanah basah
bunga-bunga telah layu
air mataku masih
kepedihanku abadi
kau di dalam kepalaku
terus berbicara tentang misteri,
masa depan
kau di dalam hatiku
jika kutahu kau akan pergi lebih dulu
tak akan aku palingkan pandang
mengitarimu sepanjang lagu.
Temanggung, 03 September 2022
Sebuah Perbedaan
(dulu)
menyalakan obor
memanggil teman di jalan,
di kegelapan
meniti pematang beriringan
pulang-pergi mengaji
(kini)
bersembunyi di balik bilik
peraduan telah meminang tubuh kita
dunia di tangan—di haribaan
dunia di luar rumah hanyalah angan.
Temanggung, 03 September 2022
Jika Tri Lestari ke Jakarta
Jika Tri Lestari ke Jakarta
ia mungkin terjerat jaring nelayan
terjerat kemiskinan—jadi gelandangan
jadi pengamen, jadi manusia silver
atau menabuh bonang—kendang agar seekor
kera menari
bagi murka orang-orang
yang turun ke jalanan
dan sebungkah polusi bagi diri
atau ia sendirilah yang akan menari
tanpa sehelai benang di badan
membabi-buta keberingasan lelaki
dikulumnya kenelangsaan
namun, harkat di permukaan
Saat Tri Lestari kembali ke bumi
sebagai jasad yang telah mati
ia mungkin dibuang sembarangan
reinkarnasi sebagai banjir langganan
dan sukar ditiadakan.
Temanggung, 10 Mei 2022
Sajak Petani
Aku jual punggung yang nyeri ini
berpuluh-puluh peluh
dan kesakitan selama menanam;
gabah, wortel, kubis, kentang, segala sayur-mayur,
dengan harga yang lebih murah dari upaya
kepada Indonesia sekalian
tetapi mengapa, masih kutemukan
betapa lambung Indonesia masih memekik
betapa di bawah jembatan anak-anaknya menangis
karena kelaparan
haruskah, Indonesia, kuberikan segalanya
sukarela?
Temanggung, 10 Mei 2022
Temanggung
Lihatlah dua gunung # begitu megah
jalan-jalan # menghidu keramahan
situs bertebaran # mendongengkan kisah purba
secangkir kopi # di permukaan pagi
isap lintingan # menyublim kebekuan
kota yang amat puisi ini # tapi, kau lekas kembali.
Temanggung, 10 Mei 2022
Temanggung (2)
Buang segala wasangka
pada dersik di luar jendela
kau duduk di pelana
menujum betapa dinginnya ambin usang
saat sampai di desa
aku bayangkan mbok, menghada belanga
dari bibir yang merapal rindu
pada lanang di tanah urban
Kau pilih mana di antara;
sekotak lintingan dan harapu
tidak keduanya, kau melamar kopi Posong
berkali jatuh cinta pada tiap teguk pahitnya
riuh kota dalam kepala serupa
tumpukan berkas di atas meja
lekaslah udara!
Temanggung, 15 Mei 2022
Temanggung (3)
Gung, Indonesia sebesar kotamu
kadang riuh—acap pusara
Gung, sesekali aku terasing
sekaligus menjadi siapa-siapa.
Temanggung, 15 Mei 2022