Nur Hayati, Mahasiswa Universitas Islam Negeri K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan
LorongKa.com - Sebagai seseorang yang pernah menempuh suatu pendidikan, baik di sekolah umum maupun di pesantren, tentunya kata sowan seringkali kita dengar disekitar kita. Pengertian sowan jika mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, bisa diartikan sebagai menghadap (kepada orang yang dianggap mulia dan dihormati, seperti raja, guru, atasan, orang tua, atau orang yang lebih tua); berkunjung.
Dari pengertian tersebut dapat kita simpulkan bahwa sowan adalah menghadapnya seseorang yang merasa lemah (murid) kepada orang yang disegani atau dihormatinya (mu’allim atau guru). Kegiatan sowan ini tidak hanya berlaku antara murid dengan guru saja, melainkan juga seorang rakyat yang sowan kepada para penguasa, anak kepada orang tua nya dan lainnya. Intinya yang dinamakan sowan itu adalah kegiatan mengunjungi seseorang yang dihormati oleh kita.
Kegiatan sowan di dunia pesantren tentunya sudah tidak asing lagi, bahkan kegiatan sowan ini sudah berlangsung secara turun menurun sejak zaman para simbah kyai terdahulu. Jangan sampai karena alasan jarak dan sudah selesai masa belajarnya, seorang murid merasa enggan untuk mengunjungi gurunya, karena kunci keberkahan seorang murid terletak pada keridhoan seorang guru melalui selalu mengingat-ingat jasa beliau.
Sowan ini biasanya dilakukan oleh para santri, alumni, maupun para orang tua santri yang ingin berkunjung ke ndalem (rumah) dari kyai yang mengasuh pondok pesantren tersebut. Kegiatan sowan umum nya dilakukan setelah perayaan hari raya idul fitri atau memasuki tahun ajaran baru, hal ini bertujuan selain untuk mengunjungi mu’allim kegiatan ini juga sebagai ajang silaturrahmi antara murid dengan guru, atau orang tua dengan guru yang akan mendidik putra putrinya selama di pesantren.
Salah satu tujuan dari sowan adalah untuk menjalin silaturrahmi dengan para dzuriyyah pondok. Selain untuk menjalin silaturrahmi, kegiatan sowan yang dilakukan oleh para alumni juga bertujuan untuk mengisi batin kita dari kekosongan karena sudah lama tidak berjumpa dengan sang guru. Sedangkan bagi para santri yang masih aktif kegiatan sowan ini memiliki tujuan untuk meminta pertimbangan dan do’a restu terhadap hajat dan amanah yang sedang dijalaninya.
Kegiatan sowan akan berjalan sukses apabila ketiga elemen penting ini sepakat untuk saling terikat, yaitu: Pertama; mu’allim yang berkewajiban untuk mendidik para santri agar memiliki bekal agama yang memadai dan agar terciptanya nilai akhlakul karimah di dalam diri santri, Kedua; walisantri yang berperan penting terhadap kebutuhan dhohir anaknya serta memenuhi kebutuhan anak selama tinggal di pesantren, seperti membayar syahriyah pondok, dan memberi uang jajan anak, Ketiga; santri yang bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu kepada para gurunya. Karena apabila ketiga elemen itu ada yang tidak bekerja, maka proses dalam mencari ilmu akan mengalami gangguan.
Ada beberapa adab untuk sowan kepada para mu’allim kita di pesantren yaitu dengan membawakan bingkisan atau buah tangan. Walaupun kebanyakan dari para mu’allim pernah ngendiko (mengatakan) ketika santri ingin sowan tidak usah repot-repot dengan membawakan buah tangan untuk keluarga ndalem, karena dengan kedatangan mereka untuk sowan saja para mu’allim sudah merasa senang.
Tapi sebagai seorang santri yang pernah menempuh pendidikan disitu tentu saja kita akan merasa ewoh (tidak enak) jika datang tidak membawa buah tangan kepada beliau, karena buah tangan yang kita bawa sebagai bentuk balas budi kita kepada beliau yang telah mengajarkan kita banyak ilmu. Walaupun hal itu tidak setara dengan ilmu yang sudah mereka ajarkan kepada kita dan jangan lupa buah tangan yang kita berikan kepada mu’allim niatkan sebagai shodaqoh.
Tidak hanya masalah menbawa suatu bingkisan saja adab kita ketika sowan, ketika kita akan berkunjung ke suatu tempat pastinya kita akan mengucapkan salam di depan pintu rumahnya, hal ini juga berlaku ketika kita sowan ke mu’allim kita. Hendaknya kita mengucapkan salam tidak lebih dari 3 kali dan ditunggu sampai guru kita itu mempersilahkan kita untuk masuk, jika kita sudah menunggu cukup lama namun guru kita tidak kunjung datang, mungkin saja beliau sedang istirahat dan dianjurkan untuk kembali lagi dengan memilih waktu yang tidak mengganggu waktu istirahat beliau.
Namun, jika pihak ndalem sudah mempersilahkan kita untuk masuk, maka ketika kita berjalan di depan guru hendaknya menggunakan lutut dengan menundukkan kepala sebagai wujud hormat kita kepada beliau, selanjutnya jika jarak kita dengan guru kita sudah dekat maka raihlah tangan beliau lalu kecup tangan beliau dengan takdzim. Jangan pernah menyela ucapan guru sebelum beliau mempersilahkan kita untuk menjawabnya. Jika kita disuguhi suatu makanan atau minuman oleh guru kita, maka sebisa mungkin kita untuk mencicipinya karena biasanya diantara makanan dan minuman tersebut terdapat barakah sang guru. Dan yang terakhir, sampaikan salam orang tua kita kepada sang guru.
Ada beberapa keutamaan dalam kegiatan sowan-sowan, diantaranya adalah: pertama; mempererat tali silaturrahmi antara mu’allim, santri, dan orang tua, kedua; menjaga kerukunan, ketiga; memanjangkan umur, keempat; menentramkan hati dan pikiran, kelima; menjadikan hidup berkah, dan masih banyak lagi keutamaan dari sowan kepada para mu’allim kita. Untuk itu bagi para alumni yang sudah lama tidak berkunjung ke ndalem para mu’allim nunggu apa lagi, setelah kita tahu betapa banyaknya keutamaan yang akan kita peroleh dari acara sowan-sowan.
Penulis: Nur Hayati.