OPINI, Lorongka.com— Bab ini, ternyata telah lama menjadi sebuah penantian raga. Menulis kisah dalam sejarah, raga menjadi saksi, dan keberadaan menjadi langkah.
Rasanya tak ingin membaca bab lain karena bagian naskahnya terlalu indah.
Senyumanku menjadi saksi bisu, dikala diam-diam aku berhalusinasi akan dirinya. rasanya, semua tentangnya tak mau beranjak dari pintu imajinasiku.
Yah. Logikaku rasanya lenyap ditelan bumi. Apalagi, setiap mata indahnya menatap kedua mataku, rasanya darah diseluruh tubuhku seperti mendidih, seperti ada gejolak yang meledak-ledak.
Terlepas dari semua itu, Aku bahkan sepertinya tidak menggunakan logika mengenai dirinya, entah kemana logika itu pergi.
Malam demi malam menghiasi buah-buah pikiran, layaknya seperti bintang yang menghiasi antariksa, agar pekarangannya terlihat indah.
hiasan isi kepalaku mengenai raganya juga berada dipekarangan akal, bahkan ia selalu datang meski bintang-bintang dilangit sudah tidak terlihat, atau ketika matahari sudah mulai mengintip di balik jendela. Yah, tak kenal waktu. Mungkin ia ingin tinggal di dalamnya.
Tidak masalah, Aku suka hiasan pikiran itu.
Penulis: Nuratiqah