Latipah El-Syahidah (Pendidik dan aktivis) |
LorongKa.com - Frasa “All Eyes on Raffah” telah dibagikan lebih dari 47 juta orang di media Instagram. Jelas bukan tanpa alasan kalimat tersebut muncul dalam bentuk visual dan tagar.
Penyebab viralnya kalimat yang artinya “Semua mata tertuju ke Raffah" tersebut dikarenakan puncak tragedi yang terjadi pada daerah Raffah. Daerah terakhir yang menjadi tempat aman untuk mengungsi dari para penjajah Israel.
Gerakan Thaufan Al-Aqsa yang dimulai sejak 7 Oktober 2023 melanjutkan pembebasan untuk rakyat Palestina. Tanah Palestina yang sedang terjajah saat ini sedang menunggu pemiliknya yakni umat muslim di seluruh dunia. Namun sayangnya pemiliknya tidak bisa melakukan hal apapun untuk memilikinya kembali.
Seluruh masyarakat dunia mulai Amerika Serikat, Australia, Inggris, Prancis, India, Kanada hingga Indonesia turun ke jalan menuntut pemerintah dunia mengambil langkah tegas terhadap apa yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina. Operasi militer yang dilakukan oleh Israel dianggap sangat melanggar kemanusiaan.
Pemimpin Saat Ini Hanya Menjadi Singa Podium
Diketahui, pasukan Israel telah mengintensifkan serangannya terhadap Gaza meskipun ada keputusan Mahkamah Internasional atau International Court of Justice (ICJ) pada Jumat (24/5/2024) yang memerintahkan Israel untuk segera menghentikan invasi ke Rafah. (NU Online, 4/6/2024)
Kecaman-kecaman yang bergulir dari mulut pemimpin di belahan dunia tetap terdengar namun hanya sebatas kecam dan sumpah penuh dengan ketakutan. Ketakutan yang dihinggapi pemimpin saat ini karena sedang dikangkangi kapitalisme sehingga mereka yang memiliki kekuasaan takut akan kehilangan kekuasaannya.
Kapitalisme yang menguasai dunia saat ini menyebabkan pemimpin dunia dan pemimpin Islam sekalipun enggan untuk mengambil langkah serius dalam mengentaskan penjajahan yang diderita Palestina sejak lama.
Dunia Acuh Tak Acuh pada Palestina
Upaya yang dilakukan oleh PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) sebagai organisasi internasional yang memiliki peran penting dalam menjaga perdamaian dan keamanan dunia ternyata tidak membuahkan hasil. Belum lama ini disepakati gencatan senjata oleh pihak Israel namun tetap saja mereka (Israel) melanggar perjanjian tersebut dengan kembali tiada henti menggenosida warga Palestina. Namun faktanya sedikitpun tidak berimbas pada keamanan Palestina.
Ini membuktikan, bahwa permasalahan Palestina tidak akan selesai dengan solusi parsial yang diajukan oleh pemikiran manusia yang bersandar pada selain Islam. Tentu kita sebagai umat muslim ingin membantu penderitaan yang dialami saudara-saudara kita.
Bak sajak “maksud hati ingin memeluk gunung, apalah daya tangan tak sampai”. Seperti itulah kiasan yang layak disamakan dengan keadaan kita saat ini. Kita sebagai saudara seagama ingin membantu tapi ada tembok besar nan tinggi yang menghalangi kita saat ini yakni bendera. Bendera dengan peraturan yang berbeda membuat kita tersekat dengan hal itu.
Membaca kondisi demikian, sebagai umat Islam maka kita harus mencermati hal-hal yang harus kita benahi bersama mulai dari masyarakat bawah sampai orang yang memiliki kekuasaan.
Kita sadar, Palestina membutuhkan segala yang berhubungan dengan logistik. Namun kita juga harus lebih menyadari bahwa Palestina sangat amat membutuhkan militer yang dapat menandingi kekuatan penjajah Israel. Tentu peran militer ini tidak lepas dari peran pemimpin dari pada suatu negara. Nation State yang membelah kesatuan umat Islam tidak bisa lagi bergerak karena adanya perbedaan negara.
Selain itu, boikot yang kita serukan dan lakukan ternyata tidaklah sia-sia. Alhasil para sponsor penjajah kelabakan karna penurunan pendapatan yang sangat drastis karna umat Islam bersatu karna hal ini.
Seruan aksi solidaritas juga tidak kalah penting. Mengingat ini adalah salah satu bentuk kepedulian kita kepada saudara kita di Palestina. Seruan aksi perhari Sabtu (8/6/2024) di depan Kedubes Amerika yang dihadiri sebanyak 15.000 orang dari berbagai daerah Jabodetabek menyerukan bahwa genosida harus segera dihentikan dan mengusir para pendukung negara penjajah dari Indonesia.
Terakhir, penyelesaian Palestina menjadi bukti bahwa hanya dengan jihad dan tegaknya Khilafah dunia akan baik-baik saja. Solusi yang didiskusikan di meja dunia sejak kemarin tidak membawa dampak sedikit pun untuk mereka.
Namun sebagai umat Islam bukan hanya kemanusiaan yang kita kedepankan melainkan persaudaraan karena Islam adalah satu tubuh. Serta penegakkan Khilafah tidak bisa ditunda lagi karna permasalahan umat sudah tidak terelakan lagi.
Penulis: Latipah El-Syahidah