Notification

×

Iklan

Iklan

Artikel Terhangat

Tag Terpopuler

Cukupkah “Keluarga Berkualitas” Menjadi Kunci Tercapainya Indonesia Emas 2045?

Selasa, 16 Juli 2024 | 10:22 WIB Last Updated 2024-07-16T02:23:56Z

Ilma

LorongKa.com - 
Pada Sabtu (29/6/2024) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyelenggarakan peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-31 dengan tema “Keluarga Berkualitas Menuju Indonesia Emas”. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, keluarga merupakan penentu dan kunci dari kemajuan suatu negara. Maka dari itu, pemerintah saat ini tengah bekerja keras untuk menyiapkan keluarga Indonesia yang berkualitas dan memiliki daya saing. (kemenkopmk.go.id).


"Di dalam melihat masalah-masalah  di Indonesia, bisa kita lihat dari unit terkecilnya yaitu keluarga. Keluarga sebagai unit terkecil sebuah bangsa. Kalau keluarganya bagus maka negara akan bagus. Keluarga menentukan kualitas sumber daya manusia," jelasnya. 


Dijelaskan bahwa pemerintah telah menyiapkan berbagai program untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas sejak masa prenatal (masa sebelum kehamilan) hingga masa 1000 hari pertama kehidupan manusia. Dimulai dari pemberian tablet tambah darah untuk remaja putri untuk memastikan mereka betul-betul sehat dan kelak setelah menikah  siap hamil, bimbingan perkawinan bagi calon pengantin, cek kesehatan sebelum menikah, cek HB darah, cek lingkar lengan, dan memberikan intervensi gizi untuk ibu dan bayi sampai 1000 hari pertama kehidupan.


Jika kita cermati, permasalahan keluarga di Indonesia hari ini tidak sesederhana memberikan penyuluhan stunting atau bagaimana memenuhi nutrisi keluarga hingga mampu mewujudkan keluarga yang sehat fisiknya. Berbagai kasus dan krisis generasi yang bersumber dari keluarga hari ini bukan hanya sekedar dari kekurangan gizi makanan saja.


Fungsi keluarga yang sebenarnya, sebagai pendidikan pertama generasi tidak dapat terlaksana dengan baik karena begitu banyak problem serius pada keluarga. Perempuan yang “dipaksa” keluar rumah untuk berkarier/bekerja menjadi tulang punggung keluarga, Peran domestiknya sebagai ibu dan pengatur rumah tangga pasti akan terganggu. Para remaja putra dan putri yang tidak dibekali cara menjadi ibu dan ayah untuk mendidik anak berdasarkan keimanan dan ketakwaan, mereka akan kesulitan menghadapi berbagai masalah keluarga, mengurus dan mendidik anak. Sehingga terjadilah KDRT, rendahnya mental health pada ibu yang berujung menganiaya anaknya sendiri. 


Stunting sendiri penyebab utamanya adalah kemiskinan di tengah masyarakat. Belum lagi harga pangan dan biaya hidup lain yang makin hari makin mahal. Bagaimana bisa mereka mencukupi kebutuhan makanan gizi keluarga? Maka apakah cukup penyuluhan keluarga berkualitas dengan program-program yang disebutkan oleh pak Menko PKM untuk mewujudkan Generasi Emas 2024?


Selain itu, definisi generasi emas yang akan diwujudkan pun juga tidak jelas. Indikator keberhasilannya hanyalah indikator ekonomi yang berdasarkan pada sistem kapitalisme yang berorientasi pada duniawi. 


Memang, keluarga adalah tempat pertama sorang individu dilahirkan.Dan seharusnya juga menjadi tempat pertama manusia untuk mengenal Rabb nya. Sayangnya, sakitnya pemikiran di tengah keluarga pastilah merembet ke diri seluruh anggota keluarga, dan ini jelas bukan sakit secara fisiknya. 


Keluarga adalah institusi terkecil dalam masyarakat. Dari keluargalah generasi terbentuk. Maka, bangunan keluarga ideal adalah keluarga yang kuat dan mampu menghasilkan generasi tangguh yang mampu membangun peradaban mulia dunia dan akhirat.


Namun, kapitalisme yang menjunjung tinggi kebebasan telah menjadikan eksistensi keluarga terancam. Munculnya berbagai kebijakan negara merusak fungsi kepemimpinan seorang ayah, membebaskan perempuan dari aturan islam, menggerus arti penting birrul walidain, dan pasti akan berujung menghancurkan keluarga. 


Allah Taala berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, peliharaan dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; …….” (QS At-Tahrim [66]: 6).


Dalam rangka mewujudkan perintah Allah Taala dalam ayat di atas, jelas kita butuh Khilafah selaku negara yang menerapkan aturan Allah secara kafah. Sebagai makhluk ciptaan Allah, sudah selayaknya kita meyakini bahwa hanya aturan Allah saja yang tepat untuk mengatur hidup kita.  


Hanya dalam Khilafah akan terwujud sistem yang menyuburkan individu-individu yang bertakwa dan senantiasa terikat dengan hukum syara’, sehingga mereka tumbuh menjadi orang-orang yang siap membangun keluarga dan peradaban. Peran penuh negara untuk menopang ketahanan keluarga ini sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Imam/Khalifah adalah pengurus dan ia bertanggung jawab terhadap rakyat diurusnya.” (HR Muslim dan Ahmad).


Setidaknya terdapat empat bidang yang berperan menyokong ketahanan keluarga menuju keluarga ideal. Pendidikan yang menghasilkan generasi berkepribadian islam dan siap mengemban dakwah, ekonomi yang menjamin distribusi harta merata, sosial budaya yang saling mengingatkan dalam kebaikan, serta sistem sanksi yang mampu mencegah dan menjerakan.


Penulis: Ilma.

×
Berita Terbaru Update