Faizul Firdaus, S.Si (Pengamat Politik dan Kebijakan Publik)
LorongKa.com - Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Piprim Basarah Yanuarso mengatakan setidaknya 1 dari 5 anak Indonesia berusia 12-18 tahun berpotensi mengalami kerusakan ginjal. Penyebabnya adalah gaya hidup mereka yang kurang sehat (CNBC Indonesia 27 juli 2024). Konsultan nefrologi anak dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) dr Eka Laksmi Hidayati, SpA(K) mengatakan RSCM merupakan rumah sakit rujukan nasional yang memiliki layanan khusus cuci darah untuk anak.
Pasiennya bukan hanya berasal dari Jakarta tetapi juga luar pulau Jawa. Saat ini disebutkan ada sekitar 60 anak yang menjalani terapi pengganti ginjal di RSCM. Sebanyak 30 di antaranya menjalani hemodialisis rutin sementara lainnya datang sebulan sekali. Jumlah tersebut cukup banyak bagi sebuah rumah sakit. Kondisi ini juga tidak dijumpai di tempat lain sehingga tampak jumlahnya cukup banyak (Detik health, 27 juli 2024).
Merebaknya kasus gagal ginjal pada anak sudah sepatutnya harus mendapatkan perhatian kita. Hal ini tidak lain dikarenakan anak-anak ini adalah generasi masa depan bangsa. Di tangan merekalah masa depan bangsa ini ditentukan. Di pundak merekalah amanah tanggung jawab untuk mengelola negeri dengan segala potensi yang Allah SWT karuniahkan kepada bangsa ini. Maka apa jadinya bila kini Sebagian mereka telah dilemahkan dengan kasus gagal ginjal.
Penyebab gagal ginjal pada pasien anak-anak memang tidak satu. Ada yang diantaranya dikarenakan bentuk anatomi ginjalnya yang kelainan, sehingga membuat berkurangnya fungsi ginjal. Akan tetapi ada juga yang dikarenakan makanan dan minuman yang dikonsumsi anak-anak yang jauh dari predikat makanan dan minuman sehat.
Pada penyebab yang pertama tentu tidak bisa dibahas Panjang, karena terkait bentik tubuh dan kelainan bawaan maka itu adalah ujian Allah kepada manusia. Di bila disebabkan karena itu maka kita diminta untuk menerima segala takdir dengan sabar. Akan tetapi pada penyebab yang kedua yaitu gagal ginjal yang dikarenakan makanan dan minuman yang dikonsumsi anak anak, maka ruang ini yang bisa kita perbaiki.
Kasus anak-anak mengalami penurunan fungsi ginjal bila di derita oleh sejumlah kecil anak, maka bisa jadi ini merupakan kesalahan pola hidup personal pada anak atau keluarganya. Akan tetapi apabila kasus nya menimpa anak-anak dalam jumlah yang banyak maka tidak bisa dianggap hal tersebut karena buruknya pola makan anak atau keluarga itu saja. Akan tetapi ini harus dilihat dari prespektif jenis-jenis pangan yang tersedia dan beredar di tengah-tengah masyarakat. Dan berbicara tentang makanan yang beredar di masyarakat maka ini terkait dengan tugas dan kewenangan pemerintah.
Makanan yang beredar di tengah-tengah masyarakat tentu harusnya berada dalam kendali pemerintah, mulai dari hulu hingga hilirnya. Dari hulu maka kendali perijinan pendirian sebuah industry makanan jelas ada di tangan negara. Negara memiliki ruang untuk memastikan sebelum perizinan pendirian industry itu di berikan.
Bahwa pada industry tersebut memproduksi makanan apa, berbahan baku apa, ada bahan tambahan apa saja, hingga prosesnya bagaimana. Di hilir negara juga harusnya tidak absen kehadirannya. Negara bertugas untuk melakukan pengawasan rutin terkait makanan dan minuman yang beredar di pasar-pasar rakyat. Baik pasar modern maupun tradisional. Baik pedagang perorangan maupun korporasi.
Maka apabila hari ini rakyat mengalami gangguan Kesehatan yang diakibatkan oleh makanan dan minuman yang dikonsumsi, maka jelas pola pengaturannya tidak hanya kepada rakyat sebagai konsumen, akan tetapi juga harus dari negara untuk mengawasi makanan yang beredar di tengah masyarakat. Bila sampai banyak anak anak yang mengalami gangguan fungsi ginjal diakibatkan oleh makanan dan minuman yang konsumsi maka artinya negara lalai untuk menjaga masyarakat dari peredaran makanan dan minuman tidak sehat di tengah-tengah masyarakat. Wallalhua’alam.
Penulis: Faizul Firdaus, S.Si.