Nur Khalifah (Aktivis Muslimah Ketapang Kal-Bar)
LorongKa.com - Bulan suci Ramadhan seharusnya menjadi momentum beribadah kepada Allah dengan tenang dan khusyuk. Namun, faktanya kita lihat hari ini kaum muslim di Palestina tidak bisa leluasa beribadah di Masjidil Aqsha karena pembatasan oleh tentara la’natullah Zionis. Zionis menerapkan pembatasan jamaah untuk sholat di kompleks Masjidil Aqsha selama Ramadhan dengan dalih keamanan. Meski demikian, rakyat Palestina tetap menunjukkan antusiasme untuk iftar dan sholat di Masjidil Aqsha.
Dilansir dari Middle East Monitor “Anggota Knesset ‘Israel’ Amit Halevi telah mengusulkan lalu membagi kompleks Masjidil Aqsha dan pengambilalihan kurang lebih 70 persen kompleks wilayah Masjidil Aqsha. Hal ini mendatangkan kecaman dari berbagai pihak dari otoritas Palestina dan umat muslim di seluruh dunia. Ini menjadi langkah dan upaya Zionis mengubah status quo kompleks Masjidil Aqsha.”
Fakta bahwa Zionis membatasi kaum muslim di Palestina sumber dari : internasional.sindonews.com. Pertama karena sudah biasanya dilakukan oleh Zionis untuk menjaga keamanan dan keselamatan kompleks Masjidil Aqsha. Kedua, Zionis memberikan ketentuan dan syarat yang ketat yaitu melakukan pembatasan pengunjung Masjidil Aqsha yang diperbolehkan hanya 10.000 muslim yang berasal dari Palestina selama Ramadhan, pria berusia 55 tahun dan wanita yang berusia diatas 50 tahun keatas yang diperbolehkan masuk ke dalam kompleks Masjidil Aqsha. Ketiga, dari pembatasan yang dilakukan Zionis ini, banyak memicu kecaman dari umat muslim di Palestina maupun umat muslim sedunia. Hamas menyerukan umat muslim untuk melawan dan menolak pembatasan yang dilakukan oleh Zionis.
Gencatan senjata berulang kali telah Zionis langgar dan khianati. Menurut data Kementrian Kesehatan Gaza, sebanyak 710 orang syahid dan 900 orang di Palestina luka-luka akibat serangan brutal oleh Zionis sejak hari Selasa 18 Maret 2025. Sebanyak 70 persen korban merupakan perempuan dan anak-anak.
Umat muslim di Palestina berkali-kali telah disakiti oleh Zionis dengan berbagai perjanjian gencatan senjata. Gencatan senjata berimplikasi dengan serangan Tepi Barat yang menegaskan bahwa Presiden AS yaitu Donald Trump telah mencabut sanksi yang telah diterapkan oleh Biden untuk kelompok-kelompok Yahudi untuk menyerang rakyat Palestina dan merampas tanah mereka. Dari sini umat harusnya sadar, bahwa gencatan senjata tidak akan pernah menyelesaikan genosida dan penjajahan oleh Zionis.
Selama berasaskan pada sistem sekuler kapitalisme, solusi untuk Palestina hanyalah semu semata. Kaum muslim tidak bisa berharap kepada pemimpin sekuler untuk mengakomodasi keinginan umat dan harapan dalam menolong saudara di Palestina. Maka, yang harus dilakukan adalah mengubah kepemimpinan yang rusak menjadi kepemimpinan Islam yang shohih dengan istiqomah melakukan aktivitas dakwah dengan menerapkan Islam secara Kaffah dimuka bumi.
Bulan suci Ramadhan seharusnya digunakan untuk menguatkan azzam dalam perjuangan untuk melenyapkan penjajahan. Umat Islam di seluruh dunia tidak boleh berharap pada solusi Barat dan narasi-narasi sesat yang dibuat Barat untuk perdamaian.
Entitas Zionis adalah muhariban fi’lan yaitu negara yang secara nyata memerangi Islam dan kaum muslim. Maka wajib dihadapi dengan bahasa perang yang akan efektif dan solutif jika akan di pimpin dibawah komando seorang khalifah yang taat, bertakwa dan takut kepada Allah.
Solusi tuntas dari masalah ini adalah tegaknya kembali Khilafah Islamiyyah yaitu kepemimpinan tunggal atas seluruh kaum muslim di seluruh dunia. Perannya tentunya sebagai junnah atau perisai dalam membela hak-hak kaum muslim dan kemuliaan kaum muslim di seluruh dunia.
Penegakan kembali khilafah adalah qadliyah mashiriyah yang wajib menjadi agenda utama umat Islam. Maka, untuk membangun kesadaran umat muslim yang sedang tertidur, dibutuhkan dakwah yang dipimpin oleh jamaah dakwah ideologis untuk menegakkan Khilafah Islamiyyah dan berjuang bersama-sama untuk menyerukan jihad di Palestina dan mewujudkan keadilan yang hakiki.
Solusi yang tuntas untuk menyelesaikan masalah Palestina bukan solusi dua negara. Tapi Jihad dan Khilafah. Dalam sejarahnya, Palestina pertama kali dibebaskan oleh umat muslim dalam naungan Khilafah Islamiyyah dan melalui aktivitas jihad pada masa kepemimpinan Khalifah ke-2 yaitu Umar bin Khattab. Direbut dari bangsa Romawi pada tahun 16 H.
Beberapa tahun setelahnya jatuh ke tangan musuh Islam lagi dan kembali ditaklukkan oleh kepemimpinan Shalahuddin Al-Ayyubi pada 27 Rajab 583 H atau 1187 M. Dibawah kepemimpinan Islam, Baitul Maqdis tentram, damai, tidak ada kekerasan dan perampasan hak-hak hidup bagi 3 agama yaitu Islam,Yahudi dan Nasrani.
Kita bisa lihat saja, betapa sejarah mencatat Palestina takluk pada pangkuan kaum muslim melalui jalur Jihad fii sabilillah dengan komando seorang Khalifah, satu kepemimpinan seluruh kaum muslim sedunia. Dengan begitu, jelaslah hilangnya Palestina dari tangan umat hanya bisa diwujudkan dengan tegaknya Khilafah Islamiyyah.
Liberation of mind before liberation of Land, dengan pemikiran yang bangkit, umat Islam akan mampu melihat akar masalah bawa gencatan senjata bukan solusi. Dengan banyaknya kita belajar tentang Baitul Maqdis, berjamaah dengan para pendakwah ideologis dan mendakwahkan Islam dengan jalan yang shohih akan menjadi awal langkah Islam tegak.
Wallahu Alam Bissawab.
Penulis: Nur Khalifah.